Akses cepat:

Langsung ke konten (Alt 1) Langsung ke menu utama (Alt 2)

Sprechstunde - Kolom Bahasa
Bintik freckles itu bundar

Ilustrasi: Kiper menyambar alat permainan; speech bubble with the inscription: “Playing equipment“
Kiper menyambar alat permainan | © Goethe-Institut e. V./Illustration: Tobias Schrank

Tidak ada bahasa yang lebih berbunga-bunga daripada bahasa olahraga. Ini akan terlihat kalau kita menengok lapangan sepak bola di seluruh dunia.

Saya tidak tahu bagaimana menurut Anda, tapi bagi saya situasi paling seru dalam pertandingan sepak bola adalah ketika seorang pemain memberi kukis kepada rekannya, yang lalu menggiring freckles untuk lempengan atau malah menata bunga, supaya sang Santa bisa lolos dari penangkap kepiting dan mengoyak sarang laba-laba, idealnya dengan gayung. Ini membuat jantungnya saya berdetak lebih kencang.

Sejauh ini jelas? Tidak? Anda tidak fasih berbahasa sepak bola? Kalau begitu, izinkan saya menerjemahkannya untuk Anda. Kalimat di atas terdiri dari unsur-unsur bahasa pergaulan sepak bola internasional yang luar biasa dan berarti: Bagi saya, situasi paling seru dalam pertandingan sepak bola adalah ketika seorang pemain memberi umpan terukur kepada rekannya (memberi kukis, Polandia), yang lalu menggiring bola (freckles, Kolombia) lewat di sela kaki lawan (lempengan, Peru) atau malah melangkahi bola (menata bunga, China) untuk menendang bola (sang Santa, Ekuador) melewati kiper yang payah (penangkap kepiting, India) sehingga menerjang pojok atas gawang (mengoyak sarang laba-laba, Kroasia), idealnya dengan gerakan mencungkil (gayung, Rusia).

Beri cokelat kepada kesebelasan

Contoh-contoh ini diambil dari buku Do you speak Football yang sangat menarik karya penulis Britania Raya Tom Williams, dan menurut pengalaman saya, buku itu bisa membuat kita asyik membaca selama berjam-jam. Pada akhirnya kita akan sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada bahasa yang lebih berbunga-bunga daripada bahasa sepak bola, atau bahasa olah raga pada umumnya.

Bisa jadi ada ahli bahasa yang menganggap ini tumis pesawat terbang (tembakan yang melambung jauh di atas gawang, Cina), tapi begitulah menurut saya. Kreativitas orang-orang yang suka bermain bola di dunia ini sepertinya tanpa batas. Jika sebuah kesebelasan di Brasil diberi Abreibung (disikat habis), maka dikatakan kesebelasan itu diberi cokelat. Di Bulgaria, lawan digebuk bagaikan gendang pesta perkawinan. Sementara itu, di Venezuela lawan diajak menari Joropo, tarian nasional. Omong-omong, apa Abreibung itu sebenarnya?

Artinya, “jenis perawatan pijat untuk merangsang metabolisme dan memperlancar peredaran darah dengan menggosok,” setidaknya menurut Wikipedia. Meskipun begitu: Saya berharap bahwa di suatu tempat di Brasil, Bulgaria, Venezuela atau di negara lain ada orang yang bertanya-tanya bagaimana orang Jerman yang ajaib itu bisa berpikiran bahwa ada yang tergosok ketika kesebelasan lain dikalahkan secara telak. Sebab itulah pesona pada begitu banyak istilah sepak bola: Asal-usulnya yang serba misterius. Kenapa “ada yang diberi cokelat?” Itu justru sesuatu yang menyenangkan. Kenapa sepak pojok yang langsung masuk gawang disebut “lembaran kering” di Rusia? Dan sudut atas gawang dinamakan “rumah setan” di Aljazair? Kenapa orang Denmark menyinggung soal “burung betet” kalau seseorang mengoper bola dengan sisi luar kakinya? Di Kenya, operan seperti itu dikenal dengan nama yang sangat spesifik, yaitu “operan Nasa” – entah apa sebabnya. Dan bagaimana dengan “tumis pesawat terbang” di Cina, yang berkesan puitis tapi sekaligus kagok. Meskipun takkan terkabul, harapan saya adalah bahwa pesepak bola Cina pertama yang mula-mula menggunakan istilah itu sebelum menjadi bagian dari kosakata umum bisa menjelaskan kepada saya apa sebenarnya yang dimaksudnya.

Pola global

Namun, kesan misterius tentu saja tidak melekat pada semua istilah, sebab kita bisa mengenali berbagai pola dan kemiripan. Kiper yang payah disebut penangkap lalat di sini, sedangkan di negara berbeda ia akan menangkap hewan lainnya, misalnya saja kepiting di India, burung di Argentina, atau kupu-kupu di Hongaria. Yang jelas, bukan bola.

Bahasa sepak bola lebih universal lagi kalau menyangkut cara menggocek lawan. Seakan-akan ada kesepakatan diam-diam di antara para pemain, mereka menggunakan keterampilan sepak bola masing-masing untuk mengirim lawan ke beragam tempat: antara lain ke stan hot-dog (Swedia), ke pasar (Turki), ke sekolah dasar (Panama), ke hutan (Belanda), ke toko kue (Bosnia), ke stan bir (Bulgaria), ke kedai kopi (Estonia), atau ke tempat duduk (Kenya).

Bahasa teknokrat atau puisi

Aspek permainan pada olahraga secara langsung tercermin dalam bahasa olahraga. Tetapi di sini pun menarik betapa berbeda kata-kata yang digunakan dalam kasus tertentu. Di sini, bola biasa digambarkan secara teknis-kering sebagai “alat permainan” atau sebagai “si kulit”, yang bernuansa kuno-pertukangan, sementara di Amerika Selatan sebutannya jauh lebih puitis, misalnya saja freckles (Kolombia), santa (Ekuador), atau pun “si kecil gendut” (Brasil). Mungkinkah para pemain di sana lebih berseni dalam mengolah bahasa karena mereka – setidaknya menurut klise joga bonito – juga lebih berseni dalam mengolah bola? Atau dengan kata lain: Kalau kita mampu menggunakan trik hebat untuk “memasang topi” di kepala lawan (Brasil), mungkinkah kita juga membangun kedekatan emosional yang lebih kuat dengan bola? Sementara di Jerman pemain seperti Martin Kree “menghajar” “alat permainan” “dari baris kedua” “ke dalam jaring”?

Entahlah. Mungkin saya perlu mengirim email kepada Tom Williams untuk menanyakan apakah ia mempunyai teori terkait hal ini. Tapi sebelumnya saya akan mengirim diri ke kedai kopi untuk memberi cokelat kepada diri sendiri. Dan ini sama sekali bukan kiasan.
 

Sprechstunde - Kolom Bahasa

Dalam kolom “Sprechstunde”, kita setiap dua minggu sekali menyoroti bahasa – sebagai fenomena kultural dan sosial. Bagaimana bahasa berkembang, bagaimana para penulis menyikapi bahasa “mereka”, bagaimana bahasa mewarnai masyarakat? Kolumnis berbeda, orang-orang dengan kaitan profesional atau hubungan lain dengan bahasa, akan mengangkat tema masing-masing selama enam edisi berturut-turut.

Top