Mengulik Kabar Terkini Bahasa Daerah

Lima Pertanyaan tentang Pelestarian Bahasa Daerah

Wawancara

Bersama Dwi Agus Erinita

Dwi Agus Erinita © Goethe-Institut Indonesia

  1. Menurut Anda, apa saja kesempatan dan ancaman terbesar yang dihadapi oleh bahasa daerah di dunia digital dewasa ini?
    Menurut saya era digital memberikan peluang bagi masyarakat, bahkan di lingkup yang kecil seperti desa, untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga bahasa daerah mereka. Hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan sehari-hari, seperti merekam, menyimpan, atau membagikan bahasa daerah dalam bentuk produk digital, misalnya blog, video, siniar, atau kamus daring.
    Ancaman terbesar bagi bahasa daerah di dunia digital ialah dominasi bahasa-bahasa asing, seperti Inggris, Mandarin, dan Korea yang banyak digunakan di media sosial. Jika bahasa daerah tidak aktif diperbarui dan digunakan, bahasa tersebut bisa terlupakan di dunia maya. Anak-anak muda yang lebih sering menggunakan bahasa asing ini bisa jadi semakin jarang memakai bahasa daerah mereka dan akhirnya bahasa itu akan punah.
  2. Bagaimana perkakas digital seperti media sosial, aplikasi seluler, atau AI, dapat digunakan secara efektif untuk melestarikan dan mempromosikan bahasa daerah?
    Perkakas digital seperti media sosial, aplikasi seluler, dan kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan secara efektif untuk melestarikan bahasa daerah. Media sosial memungkinkan kampanye tagar, video, atau meme berbahasa daerah di Indonesia  yang menarik minat generasi muda. Aplikasi belajar bahasa, termasuk yang berbasis AI, seperti chatbot dan speech-to-text, dapat membantu pengajaran kosakata dan dokumentasi bahasa. Di Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah menjalankan program strategis seperti aplikasi dialek (pemetaan bahasa), aplikasi ViBa (vitalitas bahasa), pengembangan korpus bahasa daerah (KODA), serta kamus digital (KBBI), yang seluruhnya memanfaatkan teknologi.
  3. Peran apa yang harus dijalankan oleh pemerintah, institusi pendidikan, atau organisasi internasional dalam mendukung komunitas bahasa daerah? 
    Pemerintah, institusi pendidikan, dan organisasi internasional memiliki peran strategis dalam mendukung pelestarian bahasa daerah. Pemerintah perlu menetapkan kebijakan yang mewajibkan penggunaan bahasa daerah di pendidikan dasar untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Beberapa tindakan nyata yang sudah dilakukan adalah adanya program dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam pelindungan bahas daerah, yaitu pemetaan (bahasa, sastra, dan aksara), revitalisasi bahasa daerah (RBD), bantuan pemerintah untuk komunitas pelestari bahasa dan sastra daerah, Festival Film Berbahasa Daerah, dan alih wahana cerita berbahasa daerah.
  4. Berdasarkan pengalaman Anda, apa saja prakarsa tingkat lokal maupun global yang paling berhasil dalam membantu menghidupkan kembali bahasa daerah? 
    Menurut saya, prakarsa yang tampak hasilnya di tingkat nasional adalah program revitalisasi bahasa daerah (RBD) yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Program ini merupakan sinergi pemerintah, instansi Pendidikan, generasi muda  (peserta didik), dan masyarakat/komunitas —dalam pembelajaran aktif bahasa daerah melalui pelatihan, lomba, dan produksi karya kreatif berbasis bahasa ibu. Program ini telah diterapkan di 38 provinsi di Indonesia setidaknya sampai tahun 2024, RBD telah melibatkan 12.645.234 siswa dari 292.844 sekolah.
    Di tingkat global, keberhasilan revitalisasi bahasa Maori di Selandia Baru melalui kebijakan pendidikan dwibahasa dan penggunaan media digital juga menjadi contoh inspiratif. Kedua pendekatan ini menunjukkan bahwa pelibatan masyarakat, dukungan kebijakan dari pemerintah, dan pemanfaatan teknologi adalah kunci sukses dalam menggairahkan kembali bahasa daerah.
  5. Langkah-langkah nyata apa saja yang dapat diambil generasi muda untuk mempertahankan bahasa daerah mereka, terutama dalam masyarakat yang semakin terdigitalisasi dan terglobalisasi?
    Ada beberapa cara generasi muda dapat mempertahankan bahasa daerah mereka:
    1. Membuat dan menyebarkan konten digital dalam bahasa daerah, seperti menulis postingan media sosial, membuat video, siniar, atau blog.
    2. Mengembangkan atau menggunakan aplikasi pembelajaran bahasa daerah, termasuk yang berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti speech-to-text, chatbot,
    3. Menggunakan bahasa daerah secara aktif setiap hari dalam komunikasi dengan keluarga, teman, dan lingkungan komunitas.
    4. Ikut serta dalam pelatihan literasi digital untuk meningkatkan kemampuan membuat dan menyebarkan konten digital berbasis bahasa daerah, misalnya produksi video cerita rakyat atau dokumentasi bahasa secara daring
    5. Membangun komunitas digital atau forum daring yang menggunakan bahasa daerah untuk berinteraksi, berdiskusi, dan berbagi pengetahuan agar bahasa tetap hidup dan juga memperkuat solidaritas sosial antar penutur bahasa

Ikuti kami