Akses cepat:

Langsung ke konten (Alt 1) Langsung ke menu utama (Alt 2)

Visual Unearthing
Visualisasi Mutu Udara Dengan Data Terbuka

“Visual Unearthing”, Visualisasi Mutu Udara Dengan Data Terbuka
© CC-BY-SA 4.0 Mikko Agustin

“Visual Unearthing”, proyek berskala regional dari Goethe-Institut Indonesien, berupaya menjawab isu-isu keberlanjutan menggunakan data terbuka untuk melihat dan memvisualisasikan mutu udara pada masa sebelum pandemi dan selama periode pembatasan sosial di empat kota besar Asia Tenggara: Bangkok, Hanoi, Jakarta, dan Manila.
 
Proyek ini melibatkan tim peneliti dari empat negara—Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Filipina—untuk memastikan pengumpulan data yang optimal. Agar dapat menghasilkan visualisasi yang komprehensif, data di dalam proyek ini berasal dari tahun 2019, 2020, dan 2021.

“Salah satu tujuan utama Goethe-Institute adalah menjawab isu-isu keberlanjutan dan ekologi,” ujar Dr. Ingo Schöningh, Head of Cultural Programs, Goethe-Institut Indonesien.
 
Proyek tersebut, tambahnya, akan menjadi dokumentasi yang amat baik dari dampak nyata yang dialami lingkungan hidup pada masa pandemi Covid-19.
 
Sejumlah penelitian menyatakan bahwa salah satu sumber polusi udara ambien di keempat kota adalah kendaraan bermotor. Dengan adanya pembatasan sosial, yang bertujuan menekan penularan virus korona, dapat diperkirakan bahwa mutu udara di keempat kota itu pun membaik.
 
Data untuk membandingkan mutu udara sebelum dan selama pembatasan sosial yang digunakan proyek ini tersedia hingga setidaknya 70 persen di sebagian besar kota yang diteliti. Akan tetapi, data yang terkumpul tidak cukup terperinci, sehingga tidak memungkinkan analisis yang mendetail.
 
Michael P. Canares, Strategy Advisor di Step Up Consulting dan Research Lead untuk Visual Unearthing, membenarkan bahwa proses pengumpulan data cukup menantang akibat kurangnya informasi di beberapa kota.
 
“[Pengumpulan data] di beberapa negara tertentu cukup sulit. Dari keempat kota di dalam penelitian ini, kesulitan khususnya ditemui di Manila dan Hanoi,” katanya.

.... © ....
Di Manila, data mutu udara dari 2012-2019 hanya dinyatakan sebagai rata-rata tahunan dan data mentah tidak tersedia untuk diakses. Idealnya, perbandingan menggunakan data dari tanggal atau bulan yang sama. Sebab itulah, data yang kemudian digunakan adalah indeks rata-rata mutu udara untuk tahun 2019 dan data ini dibandingkan dengan data bulanan yang tersedia untuk tahun 2020 dan 2021.
 
Data yang dapat diperbandingkan hanya data partikulat 10 (PM 10), yakni partikel berdiameter 10 mikron atau kurang, yang dapat terhirup dan menyebabkan gangguan kesehatan berat. Hasil perbandingan menunjukkan mutu udara di Manila adalah lebih baik selama pandemi.

Sementara itu, pengumpulan data mutu udara di Hanoi lebih menantang, karena data pemerintah bukanlah data terbuka, tidak dapat dibaca oleh mesin, dan tidak dapat diunduh. Selain itu, data pada tahun-tahun sebelumnya tidak tersedia dan data saat ini disajikan per bulan.

Untuk dapat melihat dan membuat contoh visualisasi dari mutu udara Hanoi, data yang digunakan berasal dari dua stasiun pemantauan kualitas udara (SPKU), yaitu Gia Lam dan Kedutaan Besar AS. Kedua titik ini memiliki data historis yang dapat diunduh.
 
Data tersedia untuk PM 2,5, yaitu partikel berdiameter 2,5 mikron atau kurang, yang dapat terhirup. Di kedua titik pengumpulan, data menunjukkan tingkat PM 2,5 turun pada periode karantina bulan April 2020 dan memburuk saat pembatasan dilonggarkan pada kuartal ketiga 2020. “Visual Unearthing”, Visualisasi Mutu Udara Dengan Data Terbuka © Step Up Consulting | “Visual Unearthing”, Visualisasi Mutu Udara Dengan Data Terbuka
Data mutu udara yang terlengkap terdapat di Bangkok; data dapat diakses, dikumpulkan secara teratur, dan diambil dari beberapa titik di seluruh kota. Hal ini memungkinkan perbandingan yang komprehensif dan langsung untuk menunjukkan bahwa, saat mobilitas masyarakat turun drastis selama periode karantina, tingkat PM 2,5 di Bangkok secara umum berada di bawah angka baseline—dengan pengecualian bulan Desember dan Januari 2020.
 
Di Jakarta, data partikulat tersedia, namun kurang konsisten. Terdapat SPKU yang hanya memiliki data untuk PM 2,5 atau hanya PM 10. Akan tetapi, perbandingan data dapat dilakukan dari 2019 hingga 2021 untuk menunjukkan bahwa udara lebih bersih saat pembatasan sosial berskala besar diberlakukan pada Maret 2020.
“Visual Unearthing”, Visualisasi Mutu Udara Dengan Data Terbuka © Step Up Consulting Perbandingan menunjukkan tingkat PM 10 pada 29 Maret untuk periode tiga tahun. Mutu udara dianggap baik hanya pada tahun 2020. Saat pembatasan sosial dilonggarkan pada periode yang sama tahun 2021, mutu udara hanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.
 
Nana Karlstetter, Co-Programmer dalam Visual Unearthing, menyatakan bahwa data terbuka dapat bercerita banyak mengenai lingkungan hidup. Data ini bermanfaat tidak hanya bagi peneliti dan pemerintah, tetapi juga masyarakat agar mereka lebih mamahami situasi lingkungannya.

“Kita dapat menggunakan visualisasi data ini untuk mengetahui peran manusia atau masyarakat terhadap lingkungan di sekitarnya,” kata Nana.
 
Harapannya, akan terdapat lebih banyak dataset yang tersedia untuk dapat diakses secara bebas, dapat dibaca oleh mesin, dan dikumpulkan secara teratur sehingga memungkinkan analisis yang mendalam dan pengambilan keputusan yang lebih efektif.

Top