Kuliah dan Diskusi
Gamelan dan Musik Barat

Gamelan dan Musik Barat
© Dieter Mack

Musik Kontemporer Dalam Konteks Interkultural

GoetheHaus Jakarta

Sudah sejak lama diketahui bahwa banyak komponis Barat sangat terkesan akan musik gamelan (karawitan) dari Indonesia. Reaksi mereka bermacam-macam dan cukup berbeda antara satu dengan yang lain. Kelompok yang pertama-tama paling aktif merespons musik gamelan adalah komponis Amerika, seperti Lou Harrison, Colin McPhee, dan Jody Diamond. Di Eropa, perkembangan serupa tampaknya lebih sulit. Baru pada kurun 1960an dan 1970an pengaruh gamelan sebagai “pertemuan antarbudaya” lebih terasa, terutama pada musik rock dan jazz. Sebaliknya, di Indonesia, terdapat banyak komponis yang secara intensif mendalami tradisi musik Barat. Tidak sedikit tantangan yang ditemui para komponis dari dua tradisi berbeda ini dalam pergulatan mereka masing-masing, namun jalan keluar yang menarik tak kalah banyaknya dicapai. Komponis seperti Slamet A. Sjukur, Michael Asmara, Toni Prabowo, Madé Arnawa, atau Rahayu Supanggah telah menggarap karya-karya penting yang berkaitan dengan konteks dwibudaya itu. Akan tetapi, komponis generasi mudalah yang terutama melakukan pengembaraan lebih jauh ke dalam kedua dunia musik ini. Mereka adalah komponis seperti Septian Dwi Cahyo, Matius Shanboone, Iwan Gunawan, dan Dewa Alit. Sebagai salah satu penanggung jawab kompetisi Komposisi Asia Tenggara (Asian Youth Ensemble di Bangkok), kami cepat menyadari bahwa  persoalan utama adalah kesesuaian atau keseimbangan antara gamelan dengan instrumen Barat (misalnya, soal laras), di samping juga gramatika musik keduanya. Muncul pula banyak pertanyaan baru seputar komposisi, jauh dari persoalan karya “Exotica” dari Mauricio Kagel, yang sebagiannya hanya dapat dijawab melalui instrumen elektro-akustik.
 
Lokakarya ini membuka ruang bagi diskusi mendalam terhadap semua persoalan di atas, kemudian menawarkan solusi. Contoh aktual yang akan diangkat di dalam pembahasan adalah karya terbaru dan yang masih dikembangkan dari Dieter Mack untuk gamelan Jawa pelog/slendro (“Kyai Fatahillah” dengan Iwan Gunawan) dan perkusi solo (Max Riefer) yang merupakan permintaan dari Festival „Essen NOW“ di Jerman. Pertunjukan perdana komposisi ini akan berlangsung pada tanggal 1 November 2020 di Jerman.

 

Detail

GoetheHaus Jakarta

Pusat Kebudayaan Jerman
Jl. Sam Ratulangi 9-15
10350 Jakarta

Bahasa: Bahasa Indonesia
Harga: Gratis

+62 21 391 4042