Wicara Wicara Kota Kita Nanti: Mindful Actors, Sustainable Networks and Social Design

Wicara Kota Kita Nanti © Goethe-Institut Bandung

17.12.2021 | 16.00 WIB

Online

Pembahasan temuan-temuan dari proyek Kota Kita Nanti dan membayangkan langkah selanjutnya

Kota menjadi sebuah wadah bagi masyarakatnya untuk mengeksplorasi aktivitasnya dan berinteraksi dengan setiap kehidupan yang berjalan, baik dengan sesama manusia atau bahkan dengan biota di kota tersebut. Budaya dan ciri khas dari sebuah kota secara organik terbentuk dari interaksi masyarakatnya, hal tersebut tidak terlepas dari infrastruksur atau akses yg dimiliki kota tersebut, lalu bagaimana dengan perubahan kota itu sendiri melalui pengembangan infrastruktur dan teknologi, apakah perubahan tersebut terbentuk karena menyesuaikan dengan perkembangan masyarakatnya atau malah sebaliknya?

Melalui proyek Kota Kita Nanti kami mengundang 12 praktisi pekerja kreatif dari berbagai bidang untuk menyusun dan merenungkan ap aitu kota yang berkelanjutan dan kota seperti apa yang saling mendukung aktivitas kreatif masyarakatnya. Temuan-temuan dari proyek ini menjadi sebuah pemicu dan pengingat untuk melihat kota lebih inklusif. Untuk meneruskan diskusi dan mengelaborasi temuan-temuannya kami mengundangan Prananda Luffiansyah (antropolog), Aat Soeratin (Budayawan) dan Valentina Karga (professor di Hochschule für bildende Künste (HFBK), Hamburg) dalam sebuah wicara bertema “Mindful Actors, Sustainable Networks and Social Design” dengan pengantar dari kurator dari proyek Kota Kita Nanti Artati Sirman dan Keni Soeriaatmadja. Setiap pembicara akan membahas berdasarkan praktik dan pengalamannya, bagaimana interaksi waraga merancang sebuah kota dan perencanaan atau strategi apa yang perlu dipelajari dalam melihat kebutuhan masyarakat di sebuah kota atau sebaliknya apa yang kota butuhkan untuk mendukung aktivitas masyarakatnya.

Acara ini akan diimplementasikan secara virtual melalui Zoom.

Kota Kita Nanti merupakan kolaborasi antara Goethe-Institut Bandung, Keni Soeriaatmadja dan Artati Sirman, Bandung Design Biennale, Pot Branding House serta dua belas kontributor interactive booklet: Arekha Bentangan, Emeraldi Paramaeswara, Febryan Tricahyo, Gadis Prameswari, Grace Sahertian, Mei Suling, Misha Ahmad Azizia, Ratna Ayu Budhiarti, Reyza Ramadhan, R. Yuki Agriardi, Tarlen Handayani, dan Yanuar P. F. dengan pameran, seri lokakarya dan publikasi di bulan November sampai Desember 2021, Kota Kita Nanti menyatukan dua belas perspektif untuk bagaimana merancang kehidupan yang lebih berkelanjutan di Bandung.

Aat Soeratin, seniman yang menyutradarai pentas: teater, musik, tari, dan pelbagai tontonan lainnya. Mendirikan "Depot Kreasi Seni Bandung" (bersama Harry Roesli).
Penggiat kebudayaan dan lingkungan hidup berwawasan Nusantara. Mendirikan "Rumah Nusantara", ruang budaya publik.

Prananda L. Malasan, Ph.D berkonsentrasi pada studi sosial  tentang kerajinan dan praktik desain yang berfokus pada topik kegiatan sehari-hari komunitas kerajinan dan telah melakukan banyak penelitian etnografi di berbagai desa kerajinan di Indonesia. Dia percaya bahwa dengan kapasitas desain dalam memecahkan masalah dan membangun masa depan, setiap desainer harus selalu mempertimbangkan konteks sosial budaya di mana kegiatan desain berlangsung. Dia adalah salah satu pendiri Lab Desain Etnografi, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, dan juga seorang kurator utama di Bandung Design Biennale 2021.

Karya Valentina Karga dalam cakupan antara seni, desain, penelitian, dan arsitektur. Ini menyatukan unsur-unsur praktik yang terlibat secara sosial dan eksperimen spekulatif yang mempertanyakan infrastruktur sosial dan fisik yang ada dalam bidang energi, ekonomi, dan keberlanjutan. Dia pernah terlibat di Berlin Centre for Advanced Studies in Arts and Science/Graduate school, University of the Arts Berlin, a Saari Fellow in Finland, an NTU-CCA resident in Singapore and a Vilém Flusser Resident di Berlin. Karyanya telah dipamerkan secara internasional. Sejak 2018 dia adalah profesor di Hochschule für bildende Künste (HFBK), Hamburg.

Artati Sirman, menyelesaikan gelar BA dalam Seni Rupa di Central Saint Martins, London, dan memperoleh gelar MA dalam Art Business dari Sotheby's Institute of Art London. Minat utamanya fokus pada riset pasar seni dan manajemen seni. Dia adalah Asisten Direktur di ROH projects selama 3 tahun sebelum pindah ke Bandung pada tahun 2019, dimana dia memberikan konsultasi pada proyek yang ditugaskan untukdan penugasan proyek di Gormeteria, dan sekarang menangani PR & Media di Selasar Sunaryo Art Space (SSAS), Bandung, Indonesia.

Keni Soeriaatmadja, Lulus dari Studio Keramik, FSRD ITB pada tahun 2002, Keni menerima Ganesha Prize Award yang memberinya beasiswa untuk modul singkat Museologi di The Amsterdarm School of The Arts. Keni menyelesaikan magister Antropologi di FISIP UNPAD pada tahun 2019. Dari hibah Yayasan Kelola, tahun 2015 Keni mendirikan Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp, sebuah wadah pengembangan seni tari kontemporer. Saat ini ia mengembangkan DokumenTARI, sebuah platform story-telling yang diharapkan menjadi sumber kajian pelaku seni tari dari berbagai daerah di Indonesia



 

Kembali