Workshop, Hacking Hackathon “Hack Your Heritage”

Hack Your Heritage Tropenmuseum

21.- 23.09.2019

Bandung Creative Hub

Warisan budaya adalah jalinan kehidupan dan masyarakat kita

Jejak sejarah Indonesia tergambar pada setiap kotanya terutama semenjak Indonesia mendapatkan hak kemerdekaan pada tahun 1945. Peninggalan cagar budaya yang dapat disentuh ataupun yang abstrak menjadi tema dari proyek digital ini.
Terlatar belakangi oleh beragam jenis dan bentuk dari cagar budaya dan bagaimana cara menyikapi tema ini diharapkan dapat menumbuhkan minat generasi muda pada dunia digital yang kita alami saat ini agar generasi muda  ‚dekat‘ dengan cagar budaya melalui partisipasi aktif  dan kreatif serta melihat dari sudut pandang yang berbeda.  

"Hack your Heritage!" sebuah proyek yang didanai oleh Élysée-Fonds merupakan kerjasama antara Goethe-Institut Bandung dan Institut Francais d'Indonesie yang juga berlokasi di Bandung. Proyek ini bertujuan untuk mendalami tema cagar budaya dalam sebuah rangkaian Hackathon. Sebuah kegiatan dimana generasi muda Indonesia yang memiliki disiplin ilmu berbeda-beda untuk bersama-sama membuat sebuah produk atau karya digital dalam kurun waktu 72 jam mengenai tema cagar budaya tersebut. Para ahli dalam bidangnya pun tak luput untuk memberikan panduan di awal rangkaian acara dan tentunya membimbing dan mendukung selama kegiatan tersebut berlangsung.  Semua hasil dari produk atau karya digital yang mencerminkan cagar budaya sebuah kota nantinya akan dikenalkan pada akhir kegiatan dan yang memiliki ide karya terbaik akan dipilih. 

Proyek ini diselenggarakan dalam rangkaian „Tahun Warisan Budaya Eropa 2018“ yang bertujuan untuk memperkenalkan Uni Eropa kepada masyarakat Indonesia terutama hubungan bilateral antara dua negara yaitu Jerman dan Perancis yang dapat membuka jalur dialog antar budaya. 
"Hack your Heritage!" akan diselenggarakan pada 21 – 23 September 2018 di Bandung Creative Hub yang selain menawarkan kegiatan Hackathon juga workshop, kunjungan ke beberapa tempat serta konferensi dengan para ahli dari Jerman, Perancis dan juga Indonesia.
 
 

Kembali