Presentasi dan Diskusi Parodi Partikelir bersama Maharani Mancanagara

Parodi Partikelir bersama Maharani Mancanagara ©Goethe-Institut Bandung

07.11.2020
19.30 WIB

Online

Instagram Live bersama Maharani Mancanagara

Bagaimana kita dapat melakukan heterogenisasi konsep dari memori yang dilembagakan dan penulisan sejarah publik dan berbagi banyak narasi baru? Pada tahun 2018, Seniman asal Bandung Maharani  Mancanagara memamerkan narasi “Hikayat Wanatentrem" dalam bentuk komik, pertunjukan, instalasi, dan gambar. Dalam karya ini ia secara artistik mengubah cerita para tahanan politik tentang pengasingan mereka di penjara pulau Buru, termasuk pengalaman kakeknya sendiri. Berdasarkan pertanyaan tentang bagaimana cerita dan kenangan subjektif dapat memiliki tempat dalam pendidikan budaya di Indonesia, Maharani mengajak desainer dan pendongeng Misha Ahmad Azizia ke dalam proses public brainstroming di Instagram Live. Bersama-sama, mereka ingin mengembangkan lebih lanjut "Hikayat Wanatentrem" dan dengan demikian membuat kisah para penyintas 1965 dapat diakses, terutama bagi kaum muda, dalam bentuk permainan papan artistik atau aplikasi game.
 
Selama Instagram Takeover di AMAN, Maharani memberikan wawasan yang lebih dalam tentang karya seninya selama beberapa bulan terakhir dan berbicara tentang dukungan di berbagai desa di Wot Batu, yang ia rintis bersama teman-teman selama pandemi.
 
Untuk AMAN (Agenda Seniman) Seniman dan Musisi lokal akan mengambil alih kanal Instagram Goethe-Institut Bandung dan mempresentasikan pekerjaan yang sedang berjalan dan kegiatan sehari-seharinya selama pandemi COVID-19. Setiap sabtu pertama di bulannya, kami mempersembahkan sesi Live dengan kunjungan studio atau  jam session diikuti diskusi di @goetheinstitut_bandung.

Lahir di Padang 1990, Maharani Mancanagara adalah seniman yang tinggal dan berkarya di Bandung, Indonesia.  Lulus pada tahun 2013 dari Institut Teknologi Bandung, Fakultas Seni Rupa dan Desain, fokus jurusan Seni Grafis. Kekaryaannya banyak tertuang dalam media drawing, media campuran dan instalasi. Melalui karyanya ia mencoba menggali cerita-cerita partikelir, yang narasinya tersebar mengiringi peristiwa dari masa lalu, kemudian direkrontuksi kembali  menjadi bentuk lain.
 
Pendongeng dan Desainer Misha Ahmad Azizia lulus dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 2013 dengan fokus pada Seni Grafis. Karya seninya dapat ditemukan dalam theatrical performances EPIC, Merchant of Emotion, Mendiang Republic, Taraksa and Drupadi.id. Misha juga terlibat dalam pembuatan properti untuk pementasan Asian Games 2018. Misha saat ini sedang merintis karya Strory Teller dengan menggunakan media shadow puppet.

Menuju Rangkaian Acara: AMAN
 

Kembali