Pertunjukan dan Instalasi Celestial Sorrow

Celestial Sorrow © Laura Van Severen Celestial Sorrow © Laura Van Severen

07.09.2019
20.00 WIB

Komunitas Salihara

A creation by Meg Stuart & Jompet Kuswidananto/Damaged Goods

“Selama bertahun-tahun saya membayangkan hantu sebagai urusan yang belum selesai, dan bagaimana konflik yang tidak terselesaikan memengaruhi baik kehadiran maupun gerak kita. Tubuh kita senantiasa mondar-mandir di antara berbagai objek, bunyi, cahaya, suara dan kejadian masa lalu yang belum terolah. Suka atau tidak suka, ini mungkin membangkitkan sesuatu yang sebelumnya berdiam diri.” – Meg Stuart
 
Meg Stuart berkolaborasi untuk kali pertama dengan perupa dan seniman teater Jompet Kuswidananto dari Indonesia. Berdasarkan ketertarikan mereka pada fenomena kerasukan dalam berbagai bentuk kesenian tradisional dan kisah-kisah yang telah menjadi trauma kolektif, mereka menciptakan dunia cahaya dan gerak yang hidup. Karya ini diciptakan sebagai kolaborasi antara Stuart dan Kuswidananto dengan penampil Jule Flierl, Gaëtan Rusquet, dan Claire Vivianne Sobottke, serta dengan iringan musik hidup oleh Mieko Suzuki dan Ikbal Simamora Lubys.

Celestial Sorrow tercetus selagi Meg Stuart dan Jompet menghabiskan waktu bersama di Indonesia. Karya ini ditampilkan perdana sebagai bagian dari Europalia Festival di Brussel, Belgia pada Januari 2018, dan sejak itu telah melakukan tur internasional. Goethe-Institut bekerja sama dengan Komunitas Salihara mempersembahkan pertunjukan perdana karya ini di Indonesia.
 
Meg Stuart adalah salah satu koreografer kontemporer terkemuka pada masa ini. Ia lahir di New Orleans dan tinggal dan berkarya di Berlin, Jerman dan di Brussel, Belgia. Stuart mempelajari tari di New York University dan di Movement Research, tempat ia dapat mengeksplorasi beragam teknik dan ikut terlibat secara aktif di skena pusat kota New York. Pada 1991 ia mempersembahkan karya berdurasi panjangnya yang pertama, Disfigure Study. Karya berikutnya, No. Longer Readymade (1993) mengawali karier artistiknya di Eropa. Dalam rangka mengembangkan proyek-proyek artistiknya, pada 1994 ia membentuk ansambelnya sendiri di Brussel, yaitu Damaged Goods, yang hingga sekarang telah ikut terlibat dalam lebih dari 30 produksi mulai dari karya solo sampai koreografi berskala besar. Ia juga berkolaborasi dengan seniman dari berbagai disiplin lain dan telah memenangkan banyak penghargaan sepanjang kariernya. Pada 2018 Stuart menerima Golden Lion dari Venice Dance Biennale untuk prestasi seumur hidupnya.
 
Jompet Kuswidananto merupakan seniman visual serba bisa dengan hasil karya yang meliputi karya instalasi, karya bunyi hingga pertunjukan dan produksi teater. Ia belajar ilmu komunikasi di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Kuswidananto mengawali kariernya sebagai musisi, tetapi kemudian beralih ke seni visual dan mulai berkarya di tengah komunitas seni setempat di Yogyakarta. Sejak 1998 ia aktif berkolaborasi dengan Teater Garasi, sebuah kolektif seniman multidisipliner yang menghasilkan karya yang mencerminkan kehidupan di Indonesia setelah keruntuhan rezim Suharto. Dalam praktiknya, Kuswidananto berfokus pada isu-isu politik, kolonialisme, kekuasaan dan mobilisasi massa di Indonesia pascareformasi, sambil mengeksplorasi pula sejarah negeri serta kerumitan kehidupan kontemporer di dunia yang terglobalisasi. Pada 2014 karya instalasinya meraih Prudential Eye Award, sebuah penghargaan penting untuk seniman Asia yang tengah naik daun.
 
 

Kembali