Penayangan Film Beuys

Beuys ©zeroonefilm_bpk_StiftungMuseumSchloss_Moyland_UteKlophaus

28.11.2019
15.00-19.00 WIB

Bandung Creative Hub

Sutradara: Andres Veiel, berwarna/hitam dan putih, 107 Men., 2017, 15+

Pemeran: Klaus Staeck, Caroline Tisdall, Rhea Thönges-Stringaris, Johannes Stüttgen, Franz Joseph van der Grinten
 
Mungkin hanya sedikit tokoh abad ke-20 dari dunia kreatif Jerman yang dapat menandingi reputasi kontroversial seniman pertunjukan, pematung, seniman grafis, teoris seni, dan pengajar seni Joseph Beuys (1921 – 1986). Karya-karyanya dianggap menghadirkan satu konsep seni yang baru dan meluas, sampai menyentuh aspek politis masyarakat. Dalam kolasenya yang cerdas ini sutradara Andres Veiel merangkai tidak terhitung banyaknya dokumen gambar dan suara, sebagian di antaranya belum pernah ditampilkan selama ini, untuk menyajikan gambaran seorang manusia dan seniman unik yang mendobrak batas-batas dengan kreativitasnya. Beuys bukan sebuah potret klasik, melainkan sebuah pengamatan yang intim terhadap seorang tokoh berikut karya seni dan ruang-ruang gagasannya - menggelora, provokatif, dan sangat kekinian. Konsep seninya yang diperluas membawa Beuys ke tengah perdebatan kemasyarakatan yang hingga kini masih relevan.
 
Beuys merupakan film dokumenter yang komprehensif dan edukatif yang menghormati kehidupan seorang seniman penting sekaligus sensasional. 
 
Diskusi dengan Erik Pauhrizi setelah pemutaran film

Beuys adalah seorang seniman, politisi dan juga seorang dosen. Salah satu pernyataannya yang menarik adalah kutipan terkenal "Semua orang adalah seorang seniman". Dalam diskusi, Erik Pauhrizi membahas pernyataan ini dalam konteks skena seni rupa Indonesia dan peran sekolah seni di Indonesia.
 
Erik Pauhrizi (lahir tahun 1981 di Bandung, Indonesia) telah tinggal dan bekerja sebagai seniman di Bandung sejak 2017 dan merupakan dosen di Program Studi Film Universitas Multimedia Nusantara (UMN).
 
Erik menyelesaikan studi masternya di bawah Prof. Michael Brynntrup (kelas seni video / film eksperimental) dan Prof. Dörte Eißfeldt (kelas fotografi) dari Hochschule für Bildende Künste Braunschweig / HBK di Jerman. Pada tahun 2005, ia menerima gelar sarjana dari Fakultas Seni dan Desain dari Institut Teknologi Bandung dengan gelar Cum Laude.
 
Karya-karya Erik fokus pada masalah-masalah pasca-kolonialisme dan dekolonisasi melalui pendekatan konseptual. Ia sering memanfaatkan fotografi, video / film, dan objek / instalasi untuk menganalisis bagaimana figur manusia diwakili dalam budaya politik.

 

Kembali