Marintan Sirait (l. Braunschweig, Jerman 1960)

Membangun Rumah, 2022

Instalasi dan seni rupa pertunjukan, dalam kerjasama dengan Bintang Manira Manik (bebunyian), Gilang Anom M. Manik (suntingan video), dan para peserta lokakarya dengan judul yang sama
Tanah, kerikil, abu, video, pencahayaan, dan bunyi
Dimensi bervariasi
Koleksi seniman



Membangun Rumah merupakan upaya menarik diri keluar sejenak dari kemacetan jalan, bising dan polusi kendaraan, teriakan dan perseteruan, keseharian yang terus dipacu percepatan waktu untuk kembali merasakan nafas, denyut jantung, relasi diri dengan tubuh dan titik-titik orientasi seperti pohon, gunung, mata air dan konstelasi bintang. Karya dihadirkan sebagai akupunktur tubuh dan jiwa, alam dan ruang lingkup manusia, sebuah upaya untuk mendefinisikan kembali tatanan kehidupan.

"Ladang”nya adalah sebuah instalasi gundukan tanah berbentuk kerucut yang ditata sedemikian rupa dengan pasir, abu, cahaya, dan gerak tubuh. Pada beberapa kesempatan, Marintan turut memperkaya instalasinya dengan teks, video, musik, dan tumbuhan. Ia biasanya memulai pertunjukan dengan menggambar lingkaran dari pasir yang mengelilingi masing-masing kerucut dengan ujung jarinya. Kemudian, ia melumuri tubuhnya dengan pasir dan membuat garis dari tanah berwarna gelap, seolah menghubungkan kerucut-kerucut yang berjejer atau mengubahnya ke bentuk yang sama sekali baru.
 
Sejak 1994 hingga saat ini, Marintan telah menghadirkan karya ini di beragam jenis perhelatan di berbagai negara. Dalam setiap pementasannya, ia selalu memperbaharui gerak dan bentuk yang ia sajikan, menyesuaikan dengan karakteristik dan konteks lokusnya. Marintan kerap mengajak penonton untuk ikut serta dalam membentuk karyanya. Layaknya tubuh yang terus berproses, karya ini tidak pernah permanen, membuka ruang partisipasi dan tidak akan pernah selesai.

 

Tentang Seniman

Marintan Sirait banyak berkarya dengan tubuh. Dalam rekam jejak karyanya yang merentang dari gambar, lukisan, hingga instalasi, gerakan tubuh konsisten menjadi unsur utama. Bagi lulusan Jurusan Keramik ITB ini, tubuh merupakan alat sekaligus saluran bagi energi untuk membuka kesadaran keterhubungan dengan alam, manusia, dan partikel leluhur. Pada 1993, ia turut menggawangi beberapa kelompok perupa eksperimental seperti Perengkel Jahe, RupaGerakBunyi, Sumber Waras. Bersama Andar Manik, suaminya, ia mendirikan Jendela Ide, lembaga kebudayaan khusus anak dan remaja, pada 1995.

Informasi selengkapnya tentang: