Belkis Ayón Manso (1967-1999, Havana)
La Cena (Perjamuan), 1991
Kolograf di atas karton
139 x 300 cm (6 unit @ 69,5 X 100 cm)
Koleksi Galeri Nasional Indonesia
Praktik artistik Belkis Ayón Manso berpusat pada Sikán, perintis sekaligus satu-satunya tokoh perempuan dalam tradisi masyarakat-rahasia Abakuá di Kuba. Tradisi ini lahir di bantaran sungai yang mempertemukan Kamerun dan Nigeria pada 1836, dimana perkebunan tebu banyak digarap oleh budak-budak dari Afrika. Menurut legenda, Sikán dihampiri oleh pusaka tertinggi masyarakatnya namun berakhir mati dibunuh di altar pengorbanan. Sosoknya kemudian dijadikan sebagai landasan sistem religi Abakuá, yang semuan penganut dan pengikutnya laki-laki.
Di mata Belkis, Sikán merupakan sosok terpinggirkan yang memiliki kemiripan dengan pengalaman hidupnya sebagai minoritas—sebagai perempuan, warga kulit hitam, maupun seniman. Keterasingan dan keterpinggiran yang juga ia pelajari dari kado ayahnya, katalog pameran retrospektif Wifredo Lam di Paris, seniman Kuba dengan ayah Cina dan ibu separuh Afrika, separuh Hispanik. Kebanyakan karya Belkis menggambarkan momen-momen berbeda dari hidup Sikán dan kematiannya, yang kerap dipadukan dengan citraan dari tradisi Kristen.
Dalam karya La Cena (1991), Belkis mengutip komposisi lukisan Last Supper karya Leonardo da Vinci untuk ‘menghidupkan kembali’ sosok Sikán. Dalam ritual perjamuan kebudayaan Abakuá ini, Sikán duduk di tengah-tengah meja di antara figur-figur dengan gender yang ambigu. Melalui karyanya, Belkis sedang memberi kesempatan untuk akhir yang lain dari kisah Sikán, sebuah skenario di mana ia tak lagi perlu dibunuh karena keberadaannya.
Tentang Seniman
Belkis dikenang sebagai salah seorang pelopor seni grafis di Kuba dan Amerika Latin dengan kekhasan teknik cetak kolografi yang premisnya adalah terus menambah bahan, bukan mengurangi seperti kebanyakan teknik cetak lainnya (intaglio, etsa, dll). Perempuan alumni San Alejandro Academy ini konsisten membongkar mitos dan ikonografi warisan masyarakat Afrika-Kuba sembari terus memperkaya kemungkinan pembacaan lain atas akar budaya yang cenderung maskulin itu.Informasi selengkapnya tentang: