Budiani (l. 1935, Ngawi; m. 1994, Yogyakarta)

Potret Pak Soma, 1960

Semen
Tinggi 60 cm
Koleksi Galeri Nasional Indonesia
 

Studi seni boneka dan permuseuman menaruh Budiani pada posisi yang istimewa dalam ranah seni (untuk) publik di Indonesia. Selain terlibat dalam kerja-kerja pembuatan diorama sejarah bersama Edhi Sunarso dan Saptoto, ia juga merintis produksi boneka modern. Boneka-bonaka buatannya digunakan dalam banyak kesempatan, mulai dari pentas wayang sampai dengan manekin berbagai etnis nusantara untuk museum. Salah satu hasil karyanya, yakni manekin karakter perempuan Jawa, dipamerkan di Pusat Perbelanjaan Sarinah.

Pak Soma, sosok yang dicitrakan dalam patung ini, adalah seorang tukang kebun di ASRI Yogyakarta, tempat Budiani belajar dan mengajar. Pilihan artistik ini unik dalam lingkungan artistik Budiani. Karya-karya seniman Pelukis Rakyat, perkumpulan yang ia geluti, cenderung menggambarkan kehidupan masyarakat 'tak bernama'. Namun, Budiani sadar dengan potensi medium patung untuk mencatat ekspresi wajah dan menunjukkan keberpihakannya kepada rakyat yang ia kenal.

Bentuk patung potret dada ke atas (bust) sendiri umumnya digunakan untuk menggambarkan sosok ideal dari suatu tokoh atau orang penting. Melalui karya ini, Budiani menempatkan Pak Soma sebagai penokohan atas Keindahan dan kebersahajaan kehidupan kerakyatan. Ia menggariskan ekspresi jiwa masyarakat melalui wajah yang spesifik, tidak sebatas suatu kelompok homogen saja.

 

Tentang Seniman

Budiani akrab dengan seni boneka. Setamatnya dari Jurusan Patung di ASRI pada 1960, ia dikirim oleh Sukarno untuk belajar seni boneka modern di Sakurakai Doll-Making School di Tokyo dari hingga 1964. Sebagai pematung, karya-karyanya menghiasi Istana Merdeka dan Perpustakaan UGM. Pada 1972, ia belajar konsep modern museum di Smithsonian Institution Museum, America Serikat, yang hasilnya diterapkan di Museum Perangko dan Museum Asmat di Taman Mini Indonesia Indah.


Informasi selengkapnya tentang: