I Ketut Soki (l. Bali 1946)

Legenda Jayaprana, 1965

Cat minyak pada kain tipis
79 x 95 cm
Koleksi Galeri Nasional Indonesia


Lukisan Jayaprana karya I Ketut Soki mengadaptasi sepenggal romansa populer dari cerita rakyat Bali. Secara spesifik, momen yang ditampilkan adalah ketika Layon Sari jatuh ke pelukan Raja Kalianget, sementara Jayaprana diutus ke medan perang dan berakhir dibunuh utusan Raja. Sosok Jayaprana tak tampak dalam lukisan, sementara di langit tampak Dewa Batara Kama Jaya dan Dewi Ratih menyaksikan nasib Layon Sari. Dikenal sebagai simbol kerukunan suami-istri, pasangan dewa-dewi ini juga memiliki kisah tragisnya sendiri, di mana sang istri mengakhiri hidupnya untuk menyusul sang suami.

Soki mencirikan keragaman tokoh di atas kanvasnya melalui warna kulit. Sosok Layon Sari, pasangan dewa-dewi, serta sejumlah sosok di kerumunan digambarkan dengan kulit putih gading. Sementara itu, ada sosok perempuan berwarna ungu di antara sosok-sosok berkulit sawo matang. Berbeda dari lukisan Soki lainnya yang menggambarkan keseharian penduduk Bali dan didominasi sosok berkulit sawo matang, di sini ia sedang menghidupkan sebuah legenda. Ia mengambil inspirasi dari tradisi lukisan Hindu yang biasa memberi warna unik bagi sosok istimewa. Rona warna kulit menjadi perwakilan atas nilai, moral, dan kesucian.

 

Tentang Seniman

I Ketut Soki merupakan salah satu murid pertama yang belajar kepada Arie Smit, seorang pelukis Belanda yang pada 1960-an bekerja dengan anak-anak sekitar Panestanan, Ubud. Dikenal dengan nama Young Artists, kelompok Arie Smit seiring waktu turut dikenal karena gaya lukisannya yang dekat dengan corak seni lukis klasik Bali. Layaknya anggota Young Artists lainnya, lukisan Soki penuh warna cerah, padat dengan elemen dekoratif, serta akrab dengan penggambaran keseharian masyarakat Bali.

Informasi selengkapnya tentang: