Festival Alur Bunyi

2023

Di tahun keduanya yang telah dinantikan, Festival Alur Bunyi kembali dengan sebuah perayaan untuk talenta lokal dan misi untuk mendobrak batasan antar aliran musik. Festival Alur Bunyi melanjutkan upayanya mengedepankan karya-karya seniman dan musisi lokal yang semarak.

Festival Alur Bunyi 2023 © Goethe-Institut Indonesia / Each Other Company

Sejak pertama kali mendengar tentang Festival Alur Bunyi, saya merasa bahwa tempat ini seperti sebuah taman bermain bagi musisi dan seniman yang ingin berekspresi di luar batas kebiasaan mereka. Kemampuan Festival ini untuk memicu ide-ide baru dan mewujudkan kolaborasi lintas disiplin, yang selalu diberikan ruang oleh penyelenggara, membuat para penampil dapat bereksperimen semaksimal mungkin dan menjadi diri mereka sendiri saat berada di panggung Festival Alur Bunyi. Menurut saya, inilah yang menjadikan Festival Alur Bunyi begitu istimewa.
Randy Danistha

Ananda Badudu

Ananda Badudu © Ananda Badudu adalah seorang solois asal Bandung. Sebagai pencipta lagu, ia telah mempublikasikan berbagai album dan lagu lepasan sejak 2012. Album solo perdananya berjudul “Angkat dan Rayakan”, yang diproduseri Indra Perkasa, dirilis oleh Sorge Records pada 2021. Di tahun yang sama, lagu “Bangun Bajingan!” yang turut ia tulis, dirilis sebagai soundtrack film “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas”. Sebelum itu ia dikenal sebagai gitaris dan vokalis Banda Neira.

Diskoria

Diskoria © Diskoria duo DJ yang terdiri dari Merdi (kiri) dan Aat (kanan), mengisi keseluruhan penampilannya dengan Musik Disko Indonesia.

Dongker

Dongker © Dongker merupakan kuartet Punk asal Bandung yang dibentuk di Fakultas Seni Rupa & Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB). Mulanya mereka mengangkat kultur punk global tahun 70an ke dalam music dan visual mereka seperti Protex, Modernettes, The Undertones, Buzzcocks, dan lain-lain. Dari referensi tersebut mereka berhasil merilis 3 EP yaitu: Demo 2019 (Self-Release Bandcamp), Upaya Memaki EP 2019 (Greedy Dust & Necros Records), Menghibur Domba di Atas Puing EP 2020 (Greedy Dust & Maldoror Manifesto).

Frau

Frau © Wimo Ambala Bayang adalah ruang bermusik Leilani Hermiasih, seorang penyanyi-penulis lagu yang berbasis di Yogyakarta. Cakupan musik yang menginspirasinya berkisar dari Andrew Lloyd Webber, Stephen Sondheim, Claude-Michel Schönberg, hingga Regina Spektor, Melly Goeslaw, dan Suzanne Ciani. Bersama piano digitalnya, Oskar, Lani mulai menulis lagu-lagu berformat piano-vokal minimalis dan membentuk Frau pada tahun 2008.

Jason Mountario, Sri Hanuraga dan Kelvin Andreas . LOVE IS

Jason Mountario, Sri Hanuraga dan Kelvin Andreas . LOVE IS © Jason Mountario Jason Mountario merilis debut albumnya ‘LOVE IS’ (03.03.23), bersama dengan Sri Hanuraga dan Kelvin Andreas. Ketiganya merupakan grup jazz trio asal Jakarta, Indonesia. LOVE IS adalah sebuah konsep album, mengarungi tujuh buah komposisi orisinil dalam ranah tema cinta, meliputi aliran jazz-rock, klasik kontemporer dan improvisasi bebas.

Mantra Vutura

Mantra Vutura © Mantra Vutura Bagai suratan nasib, perjumpaan pertama Tristan dan Zaki semasa TK berlanjut dengan persahabatan sepanjang masa bersekolah. Berasal dari keluarga-keluarga yang dekat dengan dunia musik, Tristan dan Zaki membentuk Mantra Vutura, gabungan dari kata mantra dan vutura, atau masa depan. Keduanya ingin menunjukkan evolusi musik dan keragamannya bersama dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ikatan yang terus berubah seiring waktu.

Munhajat

Munhajat © Munhajat berisikan sekumpulan pemuda tanggung dari kota Bogor yang mentransformasikan cerita kehidupan sehari-hari dan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar kedalam lirik lagu yang dikemas dalam alunan musik rakyat yang akan selalu mendorong hasrat para pendengar dan penonton untuk setidaknya menggoyangkan kepala, tangan, kaki, pinggul atau hanya sekedar menggoyangkan dua jari jempol.

Wahono

Wahono © Goethe-Institut Indonesia adalah seorang pelaku musik asal Jakarta yang bekerja di ranah produksi, komposisi, dan sound design. Ia adalah pendiri label seni suara dan visual DIVISI62 yang kerap mengeksplorasi topik-topik seperti identitas, dan sejarah Indonesia. Wahono juga bergiat di berbagai jenis performans sebagai penampil, komponis, produser, dan engineer.

Indomodular

Mathces © Mathces Mathces adalah musisi solo asal Kota Blitar, Jawa Timur yang berfokus pada eksplorasi bebunyian instrumen fisik maupun non fisik, mulai dari instrumen DIY sampai bebunyian komputer. Memulai debut pertamanya dengan merilis single demo 'Daisy/Dāzē' yang berbasis dari loop-kaset pita serta sentuhan atmosfir gitar tebal. Selama kurun waktu 3 tahun ini ‘Mathces’ sudah merilis 2 Single dan 1 EP Album.




Sqarpa © Sqarpa Sqarpa - Dengan nama yang berasal dari gabungan kata sequentia + arpeggiare, sqarpa menampilkan pertunjukan synth modular secara daring. Sebelum Eurorack hadir, synth modular diciptakan untuk mereka ulang nostalgia melalui eksplorasi instrumen bergaya retro, seperti nanoloops dan Pocket Operators. Didorong apresiasi terhadap seni kontemporer, sqarpa telah menyelami Web3, bergerak dari patch ke piksel, untuk mengungkap perjalanan suara dan visual melalui karya seni digital.


Aldisaladdin © Aldisaladdin Aldisaladdin, penulis lagu dan musisi asal Bandung ini mengawali perjalanannya dengan synth modular pada tahun 2021—perjalanan yang digambarkannya sebagai pemulihan diri, meditasi, dan simbol pemberontakan. Gerakan memutar-mutar tombol, menurut Aldisaladdin, dapat melepaskan jiwa liar di dalam dirinya. Begitu pula dengan mencipta musik menggunakan synth modular yang baginya adalah cara untuk mencapai kemerdekaan berekspresi melawan segala bentuk fasisme, rasisme, prasangka, dan otoritas.


Indra Perkasa © Indra Perkasa Indra Perkasa memulai perjalanan bermusiknya sejak berumur 12 tahun ketika bergabung dengan Mandarava Corps Marching Band sebagai pemain baritone horn. Kemudian ia memulai studi musik formal di Institut Musik Daya Indonesia (IMDI) di tahun 2001, dan lulus di tahun 2006, dengan jurusan double bass performance. Sembari mendalami musik jazz, ia bergabung dengan Tomorrow People Ensemble sejak awal terbentuknya grup ini di tahun 2005.



Hendra Jaya Putra © Hendra Jaya Putra Discokid909 - Nama Hendra Jaya Putra tak asing di dunia musik elektronik. Ialah mesin kreatif di balik Rock N Roll Mafia, grup musik yang konsisten menuai pujian sejak dibentuk tahun 2002. Sebagai DJ dan penampil, Hendra telah menyihir penonton di berbagai kota. Baru-baru ini, Hendra mengeksplorasi penciptaan musik analog dengan synthesizer modular. Tampil sebagai Discokid909, Hendra menunjukkan keunikan bunyi dan kecintaannya terhadap musik synthesizer.



dedidude © dedidude Dedidude - Mengaku sebagai “generalis” di dunia seni dan hiburan Indonesia, kecintaan dan dedikasi Dedidude terhadap modular didorong oleh eksplorasi, penemuan bebunyian baru, dan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan. Secara profesional, Dedidude telah menampilkan permainan synthesizer modular selama enam tahun terakhir di berbagai acara, panggung, dan festival. Lepas dari beragam kesempatan itu, musisi multibakat ini mengaku studio pribadinya masih merupakan tempat ternyaman untuk memainkan musik.


Dissa Kamajaya © Dissa Kamajaya Dissa Kamajaya - Produser musik dan musisi otodidak dari Indonesia. Melalui suara hibrida analog dan digital, ia mengeksplorasi berbagai genre musik termasuk ambient, klasik modern, dan IDM. Dissa juga membuat musik untuk soundtrack film dan televisi serta iklan. Selain itu, dia mengoperasikan label rekaman Future EXP yang berspesialisasi dalam musik eksperimental dan elektronik.

Klassikhaus, Aning Katamsi, Joseph Kristanto Pantioso, Jonathan Wibowo, Windy Setiadi

Klassikhaus © Windy Setiadi Klassikhaus adalah sebuah komunitas seni pertunjukan yang memiliki visi dan misi mendemokratisasi musik klasik kepada kalangan yang lebih luas. Klassikhaus didirikan untuk memperluas akses dan mengedukasi publik akan pentingnya musik klasik dengan menyajikan resital di berbagai area publik dan lokasi non-tradisional lainnya.





Windy Setiadi © Windy Setiadi Windy Setiadi adalah seniman multidisiplin yang memperoleh gelar Bachelor of Music dalam bidang Music Production and Engineering dari Berklee College of Music. Windy mulai belajar bandoneon pada tahun 2016 di bawah bimbingan Ryota Komatsu. Windy merupakan pendiri Klassikhaus yang juga bekerja sebagai representatif tunggal penerbit bersejarah Universal Edition asal Wina, Austria, di Indonesia.




Aning Katamsi © Aning Katamsi Aning Katamsi mendapat pelajaran vokal pertama dari ibunya, Pranawengrum Katamsi, kemudian di Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik dengan Catharina W. Leimena dan Lee Alison Sibley. Selain itu juga belajar piano di SM YPM di bawah bimbingan Susiana A. Wibowo dan Iravati M. Sudiarso. Saat ini menjadi pengajar piano dan vokal di SM YPM dan The Resonanz Music Studio, juga conductor Paduan Suara Mahasiswa UI Paragita.



Joseph Kristanto Pantioso © Joseph Kristanto Pantioso Joseph Kristanto Pantioso memulai pendidikan piano dan vokal di Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik di bawah bimbingan Soetarno Soetikno, Catharina Leimena, Aning Katamsi dan Binu Sukaman. Melanjutkan pendidikan vokal di Musikhochschule Freiburg di bawah bimbingan Prof. Towako Schöllhorn dan Prof. Hans Peter Müller. Lulus Diplom Künstleriche Ausbildung Gesang tahun 2006. Memperdalam teknik vokal dengan Prof. Rudolf Piernay. Tahun 2007 mendirikan Sanggar Musicasa bersama Budi Utomo Prabowo.


Jonathan Wibowo © Jonathan Wibowo Jonathan Wibowo Jonathan belajar di Sekolah Musik YPM di bawah bimbingan Paulus Kristianto, Carolina Lukito, dan Iravati M. Sudiarso. Kemudian, ia memperoleh beasiswa dari Pemerintah Federasi Rusia untuk belajar di Akademi Musik Gnesin, Moskow. Ia dibimbing oleh Tatiana Levitina, Sergei Margaritov, Viktor Vlasov, dan Irina Silivanova. Pemenang dari beberapa kompetisi internasional ini lulus dengan gelar Master of Fine Arts dan predikat Cum Laude.

Mitra

  • Tomy Herseta
  • Convert Textured

Mitra Media

  • Hard Rock FM
  • hai
  • JakCo
  • Koloni GIGS
  • Synchronize Radio
  • Pop Asia

Media Sosial