Photo by Aditya Chinchure on Unsplash

Tentang festival

Tentang festival
Festival Film Sains adalah perayaan komunikasi sains di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah: Bekerjasama dengan mitra lokal, perayaan ini mempromosikan literasi sains dan memfasilitasi kesadaran akan isu-isu ilmiah, teknologi, dan lingkungan kontemporer melalui film internasional dengan kegiatan pendidikan yang menyertainya. Festival ini menyajikan isu-isu ilmiah yang mudah diakses dan menghibur bagi khalayak luas dan menunjukkan bahwa sains bisa menyenangkan. Ajang ini telah berkembang pesat sejak edisi pertamanya di tahun 2005, menjadi acara terbesar di dunia. 

Festival Film Sains diselenggarakan di setiap negara oleh Goethe-Institut bekerjasama dengan mitra lokal. Festival ini bergantung pada kolaborasi dan partisipasi aktif lembaga pendidikan sains, sekolah, universitas, kementerian, dan pusat budaya di masing-masing negara tuan rumah, serta antusiasme staf mereka dan mitra lainnya, seperti LSM, pendidik, dan kelompok relawan pelajar, yang memfasilitasi pemutaran dan kegiatan.
 

Tema tahun ini 2023: Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB

Sejarah
festival film sains

2022 - 2021

2023 - Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB

Pada tahun 2023, Science Film Festival menjadi mitra pendukung resmi agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tema ini adalah seruan bagi perlindungan dan pemulihan ekosistem kehidupan di seluruh dunia. Agenda tersebut mengacu kepada periode 2021 hingga 2030, yang sekaligus merupakan tenggat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan periode yang diyakini para ilmuwan sebagai jendela terakhir untuk mencegah perubahan iklim yang berpotensi membawa bencana. Restorasi ekosistem berarti membantu ekosistem yang rusak atau hancur untuk kembali pulih, sekaligus melestarikan ekosistem yang masih utuh.

Science Film Festival berkomitmen untuk menyoroti nilai penting pendekatan ekosistem bagi pengelolaan terpadu atas sumber daya lahan, air, dan makhluk hidup, serta perlunya meningkatkan upaya untuk mengatasi penggurunan, degradasi lahan, erosi dan kekeringan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kelangkaan air. Hal-hal ini dipandang sebagai tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial yang besar bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan secara global.
 

 

Fokus: Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB
SFF 2023 - UN Decade on Ecosystem Restoration

2022 - Kesempatan yang setara di dunia sains

Kesempatan yang setara diartikan sebagai kondisi yang adil—semua orang diperlakukan sama dan tidak dihambat oleh penghalang yang artifisial, atau oleh prasangka, atau preferensi. Inovasi yang dihasilkan oleh bidang-bidang sains, teknologi, perekayasaan, dan matematika (STEM) memberikan dampak positif terhadap hampir semua aspek kehidupan. Akan tetapi, pada masa ini pun, sains dapat mempertajam ketimpangan dengan cara yang halus dan meluas. Rendahnya partisipasi kelompok minoritas dan perempuan di bidang STEM masih menjadi masalah dan hal ini menimbulkan tantangan terhadap pertumbuhan pelaku sains internasional yang memadai.

Keberagaman di bidang sains merujuk kepada ketersediaan kesempatan dan promosi inklusi secara penuh agar semua orang dari semua lapisan sosial dapat bergerak di bidang ini. Keberagaman sangat penting untuk menciptakan keunggulan di bidang STEM. Dunia sains yang beragam dan inklusif dibentuk oleh individu-individu dari bermacam latar belakang, perspektif, dan pengalaman. Kehadiran mereka memaksimalkan daya inovasi dan kreativitas di bidang sains.

Science Film Festival 2022 berkomitmen meningkatkan kesadaran tentang isu keberagaman dan inklusivitas di bidang STEM, yakni partisipasi dari kelompok-kelompok masyarakat yang kurang terwakili. STEM adalah bidang yang menawarkan kesempatan belajar dan bekerja yang setara serta menghasilkan manfaat bagi seluruh kalangan masyarakat.
 

Fokus: Kesempatan yang setara di dunia sains
SFF 2022 - Equal Opportunities in Science

2023 - Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB

Pada tahun 2023, Science Film Festival menjadi mitra pendukung resmi agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tema ini adalah seruan bagi perlindungan dan pemulihan ekosistem kehidupan di seluruh dunia. Agenda tersebut mengacu kepada periode 2021 hingga 2030, yang sekaligus merupakan tenggat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan periode yang diyakini para ilmuwan sebagai jendela terakhir untuk mencegah perubahan iklim yang berpotensi membawa bencana. Restorasi ekosistem berarti membantu ekosistem yang rusak atau hancur untuk kembali pulih, sekaligus melestarikan ekosistem yang masih utuh.

Science Film Festival berkomitmen untuk menyoroti nilai penting pendekatan ekosistem bagi pengelolaan terpadu atas sumber daya lahan, air, dan makhluk hidup, serta perlunya meningkatkan upaya untuk mengatasi penggurunan, degradasi lahan, erosi dan kekeringan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kelangkaan air. Hal-hal ini dipandang sebagai tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial yang besar bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan secara global.

 

Fokus: Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB
SFF 2022 - Equal Opportunities in Science

2021 - Lebih tahu, lebih sehat

Pada awalnya, 2020 diperkirakan menjadi tahun penting bagi kerja sama internasional. Berbagai konferensi global besar telah direncakanan, seperti tentang keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan kesetaraan gender. Namun, arah tahun penuh ambisi dan aksi ini berubah tajam dengan kemunculan wabah COVID-19. Upaya untuk bangkit kembali bisa jadi lebih menantang dari masa-masa sebelumnya. Visi yang terkandung dalam 17 Tujuan Pembangunan Global (SDGs) adalah cita-cita bersama mengenai masa depan yang lebih baik dan lestari.

Untuk mewujudkannya, kita harus melihat kondisi dunia pada saat ini, memahami peluang perubahan, dan bertindak. Pandemi tak pelak berdampak besar, khususnya pada Tujuan 3 Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua orang dari segala usia sangat penting bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Fokus: Kesehatan dan Kesejahteraan
SFF Thema 2021: Bessere Gesundheit durch besseres Verständnis

2020 - 2016

2020 – Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Diselenggarakan dari 1 Oktober hingga 20 Desember, Science Film Festival 2020 menjangkau lebih dari 800.000 penonton di 28 negara kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Berlangsung di tengah pandemi COVID-19, tak sedikit penayangan film yang dilakukan secara virtual dan dengan lebih dari 200.000 penonton daring. Science Film Festival berfokus pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan bermitra dengan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Environment Program, UNEP). Sebanyak 92 film dari 24 negara terpilih secara resmi untuk ditayangkan.

Pada tahun 2015, 193 negara menerapkan visi untuk dunia pada tahun 2030. Visinya ambisius: dunia yang damai dan sejahtera yang dibangun di atas fondasi lingkungan alami yang sehat. Dunia kesehatan yang lebih baik, akses ke pendidikan berkualitas, pekerjaan yang baik, dan berkurangnya kesenjangan, serta aspirasi lainnya.
 
Visi ini, yang dijabarkan dalam 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), adalah cetak biru kita bersama untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Untuk mencapai masa depan tersebut, kita harus melihat dunia hari ini, memahami kemungkinan untuk perubahan dan mengambil tindakan untuk membuat perubahan terjadi. Bekerjasama dengan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Science Film Festival 2020 bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan ini. Melalui seleksi internasional film-film tentang sains, teknologi, dan lingkungan, festival ini membantu memperluas percakapan tentang isu-isu yang berpusat pada SDG, dan melalui percakapan ini, membantu menginspirasi tindakan untuk perbaikan manusia dan planet.
 

Fokus: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Science Film Festival - Thema 2020:  The Sustainable Development Goals

2020 – Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Diselenggarakan dari 1 Oktober hingga 20 Desember, Science Film Festival 2020 menjangkau lebih dari 800.000 penonton di 28 negara kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Berlangsung di tengah pandemi COVID-19, tak sedikit penayangan film yang dilakukan secara virtual dan dengan lebih dari 200.000 penonton daring. Science Film Festival berfokus pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan bermitra dengan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Environment Program, UNEP). Sebanyak 92 film dari 24 negara terpilih secara resmi untuk ditayangkan.

Pada tahun 2015, 193 negara menerapkan visi untuk dunia pada tahun 2030. Visinya ambisius: dunia yang damai dan sejahtera yang dibangun di atas fondasi lingkungan alami yang sehat. Dunia kesehatan yang lebih baik, akses ke pendidikan berkualitas, pekerjaan yang baik, dan berkurangnya kesenjangan, serta aspirasi lainnya.
 
Visi ini, yang dijabarkan dalam 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), adalah cetak biru kita bersama untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Untuk mencapai masa depan tersebut, kita harus melihat dunia hari ini, memahami kemungkinan untuk perubahan dan mengambil tindakan untuk membuat perubahan terjadi. Bekerjasama dengan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Science Film Festival 2020 bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan ini. Melalui seleksi internasional film-film tentang sains, teknologi, dan lingkungan, festival ini membantu memperluas percakapan tentang isu-isu yang berpusat pada SDG, dan melalui percakapan ini, membantu menginspirasi tindakan untuk perbaikan manusia dan planet.
 

2019 – Humboldt dan jaring kehidupan

Pada tahun 2019, Science Film Festival mencapai 1,3 juta pemirsa di 21 negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Festival ini diselenggarakan di Bangladesh, Brasil, Burkina Faso, Mesir, India, Indonesia, Iran, Yordania, Kenya, Malaysia, Myanmar, Namibia, Pakistan, Wilayah Palestina, Filipina, Rwanda, Afrika Selatan, Sri Lanka, Sudan, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Festival ini berlangsung secara internasional mulai dari 1 Oktober hingga 23 Desember dengan tanggal-tanggal lokal yang bervariasi berdasarkan negara dalam periode ini.

Apa yang telah Alexander von Humboldt sebutkan, yang lahir 250 tahun yang lalu (1769 - 1859), berkaitan dengan perubahan iklim global dan keberlanjutan hari ini? Alexander von Humboldt merevolusi konsepsi alam dengan secara ilmiah mendekatinya sebagai jaring hidup yang saling berhubungan - dan dalam melakukannya, mengilhami banyak ilmuwan, lingkungan, penulis, dan seniman yang tak terhitung jumlahnya. Pada Peringatan 250 Tahun kelahiran Humboldt, kita membutuhkan perspektif global lebih hari ini daripada sebelumnya: penghargaan bahwa semua hal terhubung dan bahaya yang disebabkan di satu tempat, selalu memiliki implikasi di tempat lain dan untuk keseluruhan. Mungkin ide-ide ini dapat membantu menstimulasi alternatif - pemikiran seluruh sistem dan pengejaran upaya yang meremajakan dunia alam. Humboldt sangat menghormati alam, karena keajaiban yang terkandung di dalamnya, tetapi juga sebagai sistem di mana kita sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Di masa ketika para ilmuwan mencoba memahami dan memprediksi konsekuensi global dari perubahan iklim, pendekatan antardisplin Humboldt terhadap sains dan alam lebih relevan dari sebelumnya. Dia menolak untuk terikat pada satu disiplin dan bersikeras bahwa semua dan segala sesuatu terkait - manusia, pembukaan lahan, tanaman, lautan, keanekaragaman hayati, perubahan atmosfer, suhu, dan sebagainya. Sifat Humboldt adalah kekuatan global. Berulang kali ia mengkaji hubungan antara alam dan sains, seni dan masyarakat, dan telah mengambil perspektif kosmopolitan di dunia secara keseluruhan. Ketika alam dianggap sebagai sebuah jaringan, kerentanannya juga menjadi jelas. Semuanya tergantung bersama. Jika satu utas ditarik, seluruh permadani mungkin akan terurai.

Science Film Festival 2019 bertujuan untuk mengilustrasikan relevansi pendekatan kompleks ini pada abad ke-21, khususnya bagi pelajar dan kaum muda, dan meningkatkan kesadaran akan isu-isu lingkungan, perubahan iklim, dan keberlanjutan.

Fokus: Humboldt dan jaring kehidupan
Science Film Festival - Thema 2019: Humboldt and the Web of Life

2018 – Revolusi Makanan

Pada tahun 2018, Science Film Festival diselenggarakan di Burkina Faso, Mesir, Ethiopia, India, Indonesia, Yordania, Kenya, Malaysia, Myanmar, Namibia, Palestina, Filipina, Rwanda, Afrika Selatan, Sri Lanka, Sudan, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Secara keseluruhan, acara berlangsung dalam periode antara 1 Oktober dan 23 Desember dengan tanggal penyelenggaraan sesuai jadwal di setiap negara. Untuk pertama kalinya, SFF menjangkau lebih dari 1,2 juta penonton di 19 negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah.
 
Saat membayangkan ancaman terhadap lingkungan, bukan makanan yang cenderung muncul di benak kita melainkan kendaraan dan kota-kota yang semakin besar. Padahal, kebutuhan manusia terhadap pangan adalah salah satu bahaya terbesar bagi bumi. Science Film Festival 2018 mengungkap berbagi isu seputar gizi dan pemenuhan permintaan populasi global yang bertambah dengan cepat sebagai salah sebuah tantangan utama abad ini. Sektor pertanian sendiri merupakan salah satu penyumbang terbesar pemanasan global; emisi gas rumah kaca dari sekor ini bahkan melampaui total emisi kendaraan, truk, kreta, dan pesawat terbang akibat gas metana dari sapi dan sawah, nitrit oksida dari ladang-ladang yang diberi pupuk, dan karbondioksida dari pembatatan hutan hujan untuk budidaya tanaman pangan atau peternakan. Pertanian dan peternakan adalah juga konsumen suplai air kita yang berharga dan penghasil polusi terbesar. Danau, sungai, dan ekosistem pesisir di seluruh dunia mengalami pencemaran aliran limbah cair pupuk dan kotoran hewan. Sektor ini juga mempercepat kehilangan keragaman hayati. Saat ladang dan hutan diubah menjadi tempat merumput dan bercocok tanam, berbagai habitat penting turut hilang. Hal ini menjadikan agrikultur sebagai pendorong utama kepunahan satwa liar.
 
Tantangan lingkungan akibat kegiatan agrikultur luar biasa besar, dan hanya akan bertambah mendesak seiring manusia di seluruh dunia berupaya memenuhi kebutuhan pangan yang kian tinggi. Pada pertengahan abad ini, populasi dunia diperkirakan bertambah dua miliar orang sehingga total populasi mencapai sembilan miliar. Tetapi, bukan hanya pertumbuhan pesat populasi yang mendorong kebutuhan pangan, melainkan juga sebaran kemakmuran yang dialami penduduk di seluruh dunia sehingga permintaan produk pangan meningkat. Apabila tren-tren ini berlanjut, pada 2050 kelak, manusia akan harus memproduksi makanan sekitar dua kali lebih banyak dibandingkan tingkat produksi saat ini.

Fokus: Revolusi Makanan
Science Film Festival - Thema 2018: Food revolution

2017 - Anthropocene - Selamat datang di Era Manusia

Tahun 2017, Scince Film Festival diselenggarakan di Burkina Faso, Kamboja, Mesir, India, Indonesia, Yordania, Laos, Malaysia, Myanmar, Namibia, Palestina, Filipina, Rwanda, Afrika Selatan, Sri Lanka, Sudan, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Dengan demikian, ajang ini memantapkan dirinya lebih lanjut di dua wilayah dengan Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara bergabung pada inisiatif ini.

Festival ini menjangkau lebih dari satu juta pemirsa (1.142.686) untuk pertama kalinya di 19 negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah. Hasilnya semakin memperkuat posisinya sebagai festival film ilmiah terbesar di dunia dan berkontribusi terhadap pengakuannya sebagai salah satu inisiatif kepopuleran sains yang paling efektif di negara-negara di mana acara ini berlangsung.

Selamat datang di Era Manusia - pertanian, perdagangan, transportasi, dan industri: Selama manusia ada, kita telah memanfaatkan dan mengubah lingkungan kita. Industrialisasi khususnya, telah berkontribusi pada sidik jari yang tidak mungkin salah dan sering tidak berubah yang membentuk bumi ini. Saat ini, jejak manusia begitu dalam dan meluas sehingga para ilmuwan, pembuat kebijakan, dan masyarakat mempertimbangkan apakah perubahan yang disebabkan manusia memengaruhi catatan geologis dalam jangka panjang - namun pada kenyataannya, apakah kita hidup di era geologi baru yang disebut Anthropocene . Melalui topik yang dipilih seperti urbanisasi, mobilitas, alam, evolusi, makanan, dan interaksi manusia-mesin, Festival Film Sains 2017 mengeksplorasi masa lalu, sekarang, dan masa depan kemanusiaan.

Fokus: Anthropocene
Science Film Festival - Thema 2017: Anthropocene

​2016 - Revolusi Makanan

Ketika kita berpikir tentang ancaman terhadap lingkungan, kita cenderung membayangkan mobil dan kota yang luas, bukan makanan di meja kita. Tetapi yang sebenarnya adalah kebutuhan kita akan makanan merupakan salah satu bahaya terbesar bagi planet ini. Festival Film Sains 2018 mengeksplorasi isu seputar nutrisi dan memenuhi tuntutan populasi global yang berkembang pesat sebagai salah satu tantangan utama abad ini.

Pertanian adalah salah satu penyumbang terbesar terhadap pemanasan global, memancarkan lebih banyak gas rumah kaca daripada semua mobil, truk, kereta api, dan pesawat jika digabungankan - sebagian besar dari metana yang dilepaskan oleh peternakan sapi dan padi, nitrogen oksida dari pemumukan ladang, dan karbon dioksida dari penebangan hutan hujan untuk bercocok tanam atau memelihara ternak. Pertanian adalah pengguna terbesar pasokan air kita yang berharga dan pencemar utama, karena aliran dari pupuk dan pupuk kandang mengganggu danau, sungai, dan ekosistem pesisir yang rapuh di seluruh dunia. Pertanian juga mempercepat hilangnya keanekaragaman hayati. Karena kita telah membersihkan area padang rumput dan hutan untuk pertanian, kita kehilangan habitat penting, membuat pertanian menjadi penyebab utama kepunahan satwa liar.

Tantangan lingkungan yang ditimbulkan oleh pertanian sangat besar, dan Pertaninan hanya akan menjadi lebih menekan saat kita mencoba memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat di seluruh dunia. Di pertengahan abad ini, kita mungkin akan memiliki dua miliar dari total sembilan miliar yang harus diberi makan. Tapi pertumbuhan penduduk semata bukan satu-satunya alasan kita akan membutuhkan lebih banyak makanan. Penyebaran kemakmuran di seluruh dunia mendorong peningkatan permintaan untuk produk makanan. Jika tren ini terus berlanjut, kita perlu memproduksi sekitar dua kali lipat jumlah tanaman yang kita tanam pada tahun 2050.

Fokus:
Revolusi Makanan
Science Film Festival - Thema 2016: Material Science

2015 - 2011

​2015 - Tahun Cahaya Internasional PBB

Pada 2015, Festival Film Sains  diselenggarakan di Burkina Faso, Kamboja, Indonesia, Yordania, Laos, Malaysia, Myanmar, Oman, Palestina, Filipina, Qatar, Rusia, Sudan, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Acara ini adalah Mitra Kerja Sama resmi dari Tahun Internasional Tahun Cahaya dan Teknologi Berbasis Cahaya Tahun 2015 dan berlangsung secara internasional mulai 1 Oktober hingga 20 Desember dengan tanggal-tanggal lokal yang bervariasi berdasarkan negara dalam periode ini. Acara ini menjangkau lebih dari 750.000 pengunjung di 14 negara di Asia Tenggara, Afrika Utara, dan Timur Tengah, serta pemutaran percontohan di Burkina Faso dan Rusia.

Pada acara Peringatan 10 Tahun Festival Film Sains ini, Upacara Penghargaan untuk edisi 2014 diadakan di Pusat Teknologi Baru di Deutsches Museum Munich pada 26 Februari 2015. Kerja sama antara museum sains dan teknologi terbesar di dunia dan festival film ilmiah terbesar di dunia ini menandai penampilan pertama ajang ini di Eropa.

Sepanjang hidupnya, penulis Jerman dan negarawan Johann Wolfgang von Goethe memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap efek fisika dan metafora cahaya pada manusia. Dari matahari terbenam hingga pelangi, dari langit biru dan samudera, hingga warna-warna tumbuhan dan hewan yang luar biasa, pengalaman pertama kita tentang cahaya dan warna adalah melalui apa yang kita lihat di dunia alamiah. Namun, pentingnya cahaya menjangkau kehidupan di bumi jauh lebih besar. Melalui penemuan ilmiah dan kemajuan teknologi, cahaya telah membantu kita untuk melihat dan memahami alam semesta dengan lebih baik. Tahun 2015 menandai tonggak penting dalam sejarah fisika: seratus tahun yang lalu, pada bulan November 1915, Albert Einstein menuliskan persamaan bidang yang terkenal, Relativitas Umum, yang menunjukkan melalui serangkaian eksperimen yang berpusat pada konsep cahaya, bagaimana cahaya berada di pusat dari struktur ruang dan waktu. Di seluruh dunia, orang menggunakan cahaya untuk menemukan solusi untuk masalah yang paling mendesak di masyarakat. Dari percetakan 3D hingga membawa solusi energi ke daerah-daerah berkembang, cahaya adalah kunci dalam mendorong ekonomi dan mendorong pembangunan di abad ke-21. Ini telah merevolusi kedokteran, membuka komunikasi internasional melalui internet, dan terus menjadi pusat untuk menghubungkan aspek budaya, ekonomi, dan politik masyarakat global.

Fokus: Cahaya
Science Film Festival - Thema 2015: Light

​2014 - Teknologi Masa Depan

Pada tahun 2014, Festival Film Sains memasukkan negara-negara di Afrika Utara untuk pertama kalinya dan memecahkan rekor setengah juta pemirsa. Acara ini berlangsung di Kamboja, Mesir, Indonesia, Wilayah Teluk, Laos, Yordania, Malaysia, Myanmar, Palestina, Filipina, Sudan, Thailand, dan Vietnam dan mencapai 580.000 pengunjung.

Pada tahun 2014, Festival Film Sains berpaling ke masa depan dan memamerkan teknologi yang akan membentuk dunia besok. Penemuan ilmiah dan inovasi teknologi berakselerasi pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan media secara terus-menerus menyuntikkan kosakata kita dengan kata-kata baru seperti gentech, nanotech, biologi sintetik, graphene, bahan bakar alga, komputer kuantum, dan konsep lain, yang dulunya adalah domain ahli peneliti, tetapi akan segera berdampak pada kehidupan sehari-hari dan dunia tempat kita hidup.

Dalam waktu yang berubah dengan cepat itu, tetap mengikuti perkembangan ilmiah dan teknologi yang menarik menjadi sebuah tantangan. Janji dan bahaya apa yang dihasilkan oleh terobosan-terobosan ini bagi kita? Untuk membantu memahami perubahan yang akan terjadi yang dapat kita harapkan dalam sepuluh tahun ke depan dan seterusnya, Festival Film Sains  berusaha untuk mengeksplorasi spektrum luas teknologi inovatif di ujung tombak ilmu pengetahuan meskipun sudah ada film dan konten televisi teladan dari seluruh dunia dan banyak kegiatan.

Fokus:
Teknologi Masa Depan
Science Film Festival - Thema 2014: Future Technologies

​2013 - Seri Perubahan Iklim - Energi dan Keberlanjutan

Pada tahun 2013, Festival Film Sains diperluas ke Timur Tengah untuk pertama kalinya dan termasuk Kamboja, Indonesia, Yordania, Laos, Malaysia, Myanmar, Palestina, Filipina, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Acara ini menjangkau lebih dari 440.000 pengunjung di 11 negara di Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Festival Film Sains mengakhiri rangkaian perubahan iklim dengan mengeksplorasi bidang energi dan keberlanjutan penting pada tahun 2013. Kami melihat solusi ilmu pengetahuan dan teknologi apa yang dapat menawarkan dalam menjaga sumber daya dan manfaat masa kini untuk generasi mendatang dan mengapa peradaban mungkin menghadapi tantangan kolektif terbesar dalam sejarah abad ini. Jenis energi apa yang ingin kita gunakan di masa depan dan tantangan apa yang menanti kita selama beberapa dekade mendatang adalah beberapa pertanyaan mendasar yang ingin dibahas festival tahun ini. Kebutuhan kita akan pemikiran yang berkelanjutan belum pernah sebesar ini dan mungkin tidak di tempat lain selain dalam produksi dan konsumsi energi kita. Pilihan yang kita ambil hari ini akan mempengaruhi generasi yang akan datang.

Biaya dan ketersediaan energi secara signifikan berdampak pada kualitas hidup, produktivitas ekonomi, hubungan antar negara, dan keseimbangan lingkungan alam kita. Festival Film Sains berupaya berkontribusi pada pembahasan yang krusial ini dan untuk mendorong generasi mendatang dari masyarakat dan pemimpin untuk terlibat dengan topik yang penting ini dan agar terinspirasi dan mendapatkan informasi oleh film dan program tentang masalah ini dari seluruh dunia.

Fokus:
Energi dan Keberlanjutan
Science Film Festival - Thema 2013: Energy and Sustainability

​2012 - Seri Perubahan Iklim - Dekade Internasional PBB untuk Aksi 'Air untuk Kehidupan'

Pada tahun 2012, Festival Film Sains merampungkan regionalisasinya di Asia Tenggara dengan masuknya Myanmar dan Laos membawa perluasan festival ke delapan negara. Temanya adalah "Air" dan acara tersebut menjangkau 370.000 pengunjung di wilayah tersebut, menjadikan acara ini sebagai acara film ilmiah yang paling banyak dikunjungi di dunia.

Akses ke air dan sanitasi adalah prasyarat untuk hidup dan hak asasi manusia yang tertuang jelas. Air sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan - dari kesehatan dan gizi, hingga kesetaraan gender dan ekonomi. Selama bertahun-tahun mendatang, tantangan kita terkait dengan air akan lebih mendesak. Tuntutan yang terus meningkat akibat populasi yang terus bertambah dan ekonomi global yang berkembang pesat, dikombinasikan dengan efek perubahan iklim, akan memperburuk kurangnya akses ke air dan sanitasi untuk keperluan rumah tangga. Pada kenyataannya, banyak ahli berpendapat bahwa persediaan air yang tidak dapat diprediksi dapat menghambat kemajuan sosial ekonomi di masa depan. Pada bulan Desember 2003, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa memproklamasikan tahun 2005-2015 sebagai Dekade Internasional untuk Aksi 'Air untuk Kehidupan'. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong upaya-upaya untuk memenuhi komitmen internasional yang dibuat untuk isu-isu tentang air dan terkait air dalam Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) PBB pada tahun 2015.

Fokus:
Air untuk Kehidupan
Science Film Festival - Thema 2012: Water

​2011 - Seri Perubahan Iklim - Tahun Hutan Internasional PBB

Pada tahun 2011, Festival Film Sains dimulai di Vietnam dan Malaysia. Temanya adalah "Hutan" dan acara tersebut menjangkau lebih dari 240.000 pengunjung di Asia Tenggara.

Tahun 2011 dinyatakan sebagai Tahun Hutan Internasional oleh PBB untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat pengelolaan berkelanjutan, konservasi, dan pembangunan berkelanjutan dari semua jenis hutan untuk kepentingan generasi saat ini dan masa depan. Hutan adalah bagian tak terpisahkan dari pembangunan berkelanjutan global. Lebih dari 1,6 miliar orang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka dengan sekitar 300 juta orang tinggal di dalamnya. Industri hasil hutan adalah sumber pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan, dengan produk hutan global yang diperdagangkan secara internasional diperkirakan mencapai $327 miliar.

Diperkirakan setiap tahun 130.000 km² hutan dunia hilang karena deforestasi. Konversi ke lahan pertanian, penebangan kayu yang tidak berkelanjutan, praktik pengelolaan lahan yang tidak sehat, dan penciptaan pemukiman manusia adalah alasan paling umum atas kehilangan kawasan hutan ini. Deforestasi juga menyumbang hingga 20 persen dari emisi gas rumah kaca global yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Hutan menyediakan habitat untuk sekitar dua per tiga dari semua spesies di bumi, dan bahwa penebangan hutan hujan tropis tertutup dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati sebanyak 100 spesies setiap hari.

Fokus: Hutan
Science Film Festival - Thema 2011: Forests

2010 - 2005

​2010 – Seri Perubahan Iklim:
Tahun Keanekaragaman Hayati Internasional PBB

Pada tahun 2010, Festival Film Sains melanjutkan ekspansi regionalnya dengan memulai edisi di Indonesia dan Filipina. Festival ini juga memulai seri multitahun yang berfokus pada perubahan iklim dengan tema tahun ini adalah "Keanekaragaman Hayati" bekerja sama dengan Tahun Keanekaragaman Hayati Internasional PBB.

Manusia adalah bagian dari keragaman alam yang kaya dan memiliki kekuatan untuk melindungi atau menghancurkannya. Keanekaragaman hayati, beragam kehidupan di bumi, sangat penting untuk mempertahankan jaringan dan sistem kehidupan yang memberi kita semua kesehatan, makanan, bahan bakar, dan layanan vital yang bergantung pada kehidupan kita. Aktivitas manusia menyebabkan keragaman kehidupan di bumi hilang dengan laju yang sangat cepat. Kerugian ini tidak dapat dipulihkan dan merusak sistem pendukung kehidupan yang kita andalkan. Tetapi, kita bisa mencegahnya. PBB menyatakan tahun 2010 sebagai Tahun Keanekaragaman Hayati Internasional, menyerukan kepada para pemimpin dunia dan semua dalam satu posisi untuk membantu mengambil tindakan untuk melindungi kehidupan di bumi. Diadopsi oleh Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) pada tahun 2002, target ini ditetapkan untuk secara signifikan mengurangi tingkat kepunahan keanekaragaman hayati pada tahun 2010.

Acara ini menjangkau 130.000 pengunjung di Asia Tenggara dengan 88.000 di Thailand, 12.500 di Indonesia, 9.500 di Kamboja, dan 20.000 di Filipina.

Fokus:
Keanekaragaman Hayati
Science Film Festival - Thema 2010: Biodiversity

​2009 – Astronomi:
400 tahun Teleskop

Pada tahun 2009, Festival Film Sains  mulai regionalisasinya ke negara-negara tetangga masuknya Kamboja. Tahun Astronomi Internasional Tahun 2009 PBB menandai peringatan 400 tahun tahun di mana astronom Galileo Galilei mulai membentuk teleskopnya sendiri dan mengubahnya menjadi surga. Tak lama, ia mulai mengkarakteristikkan permukaan bulan, menemukan kuartet bulan dari Jupiter, dan mulai merevolusi pandangan kita tentang tempat bumi di alam semesta.

Lebih lanjut, sebuah buletin terbitan Oktober 1608 menggambarkan baik kunjungan misi diplomatik Siam pertama ke Eropa maupun demonstrasi demonstrasi teleskop yang pertama didokumentasikan di seluruh dunia. Pada saat demonstrasi teleskop di kedutaan Siam, yang dikirim oleh Raja Ekathotsarot (1605-1610 Masehi), baru saja tiba di Den Haag, kedutaan Thailand pertama yang mengunjungi Eropa. Karena Siam adalah perwakilan resmi Raja Ayutthaya, bukan tidak mungkin mereka juga telah melihat teleskop atau bahkan melihat melalui instrumen ini. Jika demikian, mereka adalah orang Asia pertama yang pernah melihat (atau melihat-lihat) teleskop. Tepat 180 tahun kemudian, Raja Mongkut menghitung keadaan untuk gerhana matahari total pada 18 Agustus 1868 di dekat Prachuab Kirikhan.
Perhitungannya, yang didaarkan pada buku-buku modern, teleskop, dan peralatan lain yang dipesan dari London, terbukti benar, tetapi selama kunjungannya, Raja Mongkut mengidap malaria dan ia meninggal tanggal 1 Oktober 1868, yang mungkin merupakan korban kerajaan pertama dari aspirasi astronomi. Sebagai peringatan atas perhitungan gerhana yang benar, 18 Agustus diperingati di Thailand sebagai Hari Sains Nasional.

Acara ini menjangkau 5.500 pengunjung di tahun pertamanya di Kamboja dan 112.000 di Thailand.

Fokus: Astronomi
Science Film Festival - Thema 2009: Astronomy

​2008 – Edutainment Sains - Pengetahuan Melalui Hiburan

Pada tahun 2008, Festival Film Sains diperluas ke lebih dari 20 provinsi di Thailand dan menjangkau 88.000 pengunjung. Tema tahun ini mempresentasikan subjek luas "Edutainment Sains", yang mencontohkan metodologi Festival Film Sains  yang menggabungkan pendidikan dengan hiburan.

Edutainment, yaitu integrasi pendidikan sukses ke dalam lingkungan hiburan televisi, bukanlah hal yang remeh dari pendidikan yang sebenarnya. Sebaliknya, paradigma interaktivitas untuk pendidikan dalam format siaran TV menawarkan cara-cara canggih, personal, menarik, dan inovatif untuk menyajikan disiplin akademis tradisional.

Festival ini mengoptimalkan profilnya untuk merefleksikan kelompok sasaran dengan minat terbesar dalam festival: siswa sekolah dasar dan menengah.

Fokus:
Edutainment Sains
Science Film Festival - Thema 2008: Edutainment

​2007 - Bionik - Efek Teratai

Pada tahun 2007, Festival Film Sains memulai Festival Perjalanan IPST dan untuk pertama kalinya mencapai lima provinsi lain, di samping ibukota Bangkok. Tema tahun ini adalah "Bionik - Efek Teratai".

Pada tahun 1975, ahli botani Barthlott dan Neinhuis dari Universitas Bonn menemukan kemampuan bunga teratai untuk membersihkan dirinya sendiri. Kedua limuwan itu mengamati bahwa bunga-bunga teratai menyingkirkan lumpur dan kotoran saat membuka daun di pagi hari. Kemudian, mereka memeriksa struktur permukaan teratai dengan mikroskop elektron pemindaian dan menemukan struktur yang tidak seperti diperkirakan sebelumnya, tetapi struktur yang sangat kasar. Efek ini mengurangi kekuatan adhesi dan rompi bunga teratai dengan permukaan super hidrofobik. Ketika efek teratai telah diperkenalkan ke ilmu Bionik, ia telah menemukan jalannya untuk penggunaan komersial. Hari ini kita dapat menemukan efek bunga teratai dalam industri tekstil yang memproduksi kain hidrofobik. Bidang lain dari penggunaan ini termasuk kaca, plastik, permukaan yang dicat, logam, dan keramik.

Ajang ini dikunjungi oleh 44.000 pemirsa muda - sudah menetapkannya sebagai acara terbesar di dunia dalam hal jumlah penonton dengan edisi Festival Film Sains yang ketiga.

Fokus: Bionik
Science Film Festival - Thema 2007: Bionics

​2006 – Carbon 60 'Buckyball':
Nanoteknologi

Pada tahun 2006, Festival Film Sains berfokus pada tema “Karbon 60 dan Nanoteknologi” untuk menghormati perayaan ulang tahun ke-60 aksesi HM Raja Bhumibol Adulyadej ke tahta.

Buckyballs, juga disebut fullerene, adalah salah satu nanopartikel pertama yang ditemukan. Penemuan ini terjadi pada tahun 1985 oleh tiga peneliti yang bekerja di Universitas Rice, yaitu Richard Smalley, Harry Kroto, dan Robert Curl. Buckyballs terdiri dari atom karbon yang terhubung ke tiga atom karbon lainnya dengan ikatan kovalen. Namun, atom karbon terhubung dalam pola yang sama dari segi enam dan pentagon yang Anda temukan pada bola sepak, memberikan buckyball struktur bola. Buckyball yang paling umum mengandung 60 atom karbon dan kadang-kadang disebut C60. Ikatan kovalen antara atom karbon membuat buckyballs sangat kuat, dan atom karbon dengan mudah membentuk ikatan kovalen dengan berbagai atom lainnya. Buckyballs digunakan dalam komposit untuk memperkuat material. Buckyballs memiliki properti listrik yang menarik sebagai akseptor elektron yang sangat baik, yang berarti mereka menerima elektron lepas dari bahan lain. Fitur ini berguna, misalnya untuk meningkatkan efisiensi sel surya dalam mengubah sinar matahari menjadi listrik.

Ajang ini bermitra dengan tempat-tempat lain di Bangkok, seperti Museum Sains Nasional Thailand, dan mampu mencapai 11.000 pengunjung di tahun keduanya.

Fokus:
Nanoteknologi
Science Film Festival - Thema 2006: Nanotechnologie

​2005 – Einstein - Jangan Pernah Berhenti Bertanya

Pada tahun 2005, Festival Film Sains dimulai di Thailand oleh Goethe-Institut dan Institute for Promotion of Teaching Science and Technology (IPST). Tema tahun perdananya adalah "Einstein - Jangan Pernah Berhenti Bertanya" untuk merayakan 100 Tahun Ulang Tahun Einstein yang disebut juga 'Tahun Keajaiban' di mana selama empat bulan, Maret hingga Juni 1905, Albert Einstein menghasilkan empat makalah yang merevolusi sains.

Makalah pertama menjelaskan cara mengukur ukuran molekul dalam cairan, yang kedua mengemukakan bagaimana mengetahui gerakan mereka, dan yang ketiga menjelaskan bagaimana cahaya datang dalam paket yang disebut foton — fondasi fisika kuantum dan akhirnya membuatnya memenangkan Hadiah Nobel. Makalah keempat memperkenalkan relativitas khusus, yang mendorong fisikawan untuk mempertimbangkan kembali pengertian tentang ruang dan waktu yang telah cukup sejak awal peradaban. Kemudian, beberapa bulan kemudian, hampir sebagai sebuah kesimpulan, Einstein menunjukkan dalam makalah kelima bahwa materi dan energi dapat dipertukarkan pada tingkat atom secara khusus, bahwa E = mc2, dasar ilmiah energi nuklir dan persamaan matematika paling terkenal di dunia dalam sejarah.

Di tahun pertama, acara ini menjangkau 5.000 pengunjung di Bangkok dan meletakkan pondasi bagi metodologi Festival Film Sains untuk menggabungkan pemutaran dengan kegiatan langsung.

Fokus: Einstein
Science Film Festival - Theme 2005: Einstein

Informasi lebih lanjut

Submission

Pengiriman film

Festival Film Sains dibuka untuk untuk menerima pengiriman film setiap tahun dari pertengahan Januari hingga akhir Maret.

Learning materials

Bahan Ajar

Festival Film Sains menawarkan kegiatan pembelajaran yang disarankan untuk film-film yang diputar di festival yang ditujukan untuk pemirsa muda.

Awards

Penghargaan

Festival Film Sains memberikan enam penghargaan setiap tahun.