Akses cepat:

Langsung ke konten (Alt 1) Langsung ke menu utama (Alt 2)
Olimpiade Digital Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022 © Goethe-Institut

Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022


Tahun 2022 Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional telah diselenggarakan kembali secara digital. Siswa-siswi dari seluruh Indonesia telah mengikuti kompetisi ini langsung dari rumah.


Pemenang olimpiade bahasa Jerman tingkat nasional 2022

Pemenang Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022 telah ditetapkan! 77 pembelajar bahasa Jerman terbaik dari setiap provinsi saling berkompetisi dalam babak final Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022 pada tanggal 24-25 Januari 2022. Seperti halnya pada babak penyisihan sebelumnya, babak final tahun ini juga harus diselenggarakan dalam format digital. Semua peserta telah menunjukkan kemampuannya dalam bidang kajian budaya Jerman melalui aplikasi Actionbound dan menampilkan kemampuan berbicara kepada dewan juri dengan presentasi kelompok melalui Zoom.

Para juri telah menetapkan  6 orang peserta sebagai pemenang yang beruntung pada Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022, sebagai berikut:

  1. Wilbert Thamrin, SMA Saint Peter Kelapa Gading
  2. Condoleezza Gnade Tanabi, SMA Negeri 28 Jakarta
  3. Arifianti, SMA Negeri 1 Kedungwaru
  4. Elianne Sulistyo, SMA Santa Ursula BSD
  5. Audy Putrirafalika Sudrajat, SMA Madania Bogor
  6. Felicitha Josephena Adi, SMA Negeri 2 Balikpapan
Selain pidato singkat dari perwakilan Goethe-Institut Indonesien, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, dan Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia (IGBJI), acara pengumuman pemenang ini juga diramaikan dengan sebuah konser mini dari penyanyi asal Indonesia, Claudia Emmanuela Santoso. Ia adalah pemenang dari ajang pencarian bakat menyanyi “The Voice of Germany 2019”.

Saksikan tayangan rekaman videonya:


Ayo, menonton film! Bersama Trickmisch – Lab bahasa bergerak dari Berlin

april 2022

70 finalis Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022 tidak hanya dapat berbicara bahasa Jerman dengan baik, melainkan juga mampu membuat film animasi mereka sendiri. Hal ini mereka buktikan dalam rangkaian workshop dengan tim Trickmish – sebuah lab bahasa bergerak dari Berlin.

Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan film animasi  ini. Naskahnya harus ditulis terlebih dahulu, kemudian para peserta membuat animasi tokoh-tokohnya sekreatif mungkin. Tahap terakhir yaitu pengisian suara ke dalam film tersebut. Tema „Dongeng dari Indonesia“ dinterpretasikan oleh para peserta dengan cara yang beragam, sehingga terciptalah kreasi film animasi versi mereka yang berbeda dari versi aslinya.

Kreasi terbaik dapat dilihat di sini!

 

Kisah Batu Menangis © Goethe-Institut Indonesien

Kisah Batu Menangis

Kisah Batu Menangis adalah cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan Barat. Kisah ini menceritakan tentang seorang gadis yang durhaka kepada ibunya. Dia tidak mau mengakui ibunya karena dia menganggap bahwa ibunya adalah seorang wanita tua jelek yang penampilannya seperti pembantu.  Ibunya yang kecewa mengutuk gadis itu menjadi batu. Tapi kemudian, dia menangis dan memohon pengampunan. Sayangnya, itu sudah terlambat dan gadis ini berubah menjadi batu selamanya

Legenda "Timun Mas"_1 © Goethe-Institut Indonesien

Legenda "Timun Mas"

"Timun Mas" adalah cerita yang  berasal dari daerah Jawa Tengah. Menceritakan tentang seorang nenek bernama "Mbok Sri" yang ingin memiliki anak untuk menemani hidupnya yang sepi. Setelah itu, ia diberikan anak oleh seorang raksasa "Buto Ijo" melalui timun yang dibawa di dalam tasnya kala itu, tetapi dengan syarat akan mengambilnya disaat sudah beranjak remaja. Mbok Sri tentu saja tidak rela dan ia pun akhirnya menggunakan berbagai cara untuk menggagalkan rencana Buto Ijo mengambil kembali anaknya.

Legenda "Timun Mas"_2 © Goethe-Institut Indonesien

Legenda "Timun Mas"_2

Ini adalah cerita tentang seorang anak perempuan bernama Timun Mas, yang lahir dari sebuah timun. Cerita ini sendiri berasal dari Jawa Tengah. Alkisah, Mbok Sirni yang mendapatkan biji timun ajaib dari Buto Ijo. Biji tersebut kemudian ditanam dan tumbuh besar. Ketika dipanen dan dibelah, isi dari timun itu sendiri adalah seorang anak perempuan yang sangat cantik. Anak itu dinamai Timun Mas. Timun Mas yang tumbuh dewasa kemudian harus melarikan diri dari Buto Ijo yang ingin memakannya.


77 Finalis Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022

1 Desember 2021

Setelah semua peserta dari berbagai provinsi selesai mengikuti babak penyisihan, hasilnya akan disusun berdasarkan peringkatnya. Tanggal 1 Desember 2021 tentu akan menjadi hari yang menegangkan bagi para peserta karena pada saat itu akan diumumkan, siapa saja yang berhasil lolos ke babak final Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, jumlah finalis dari setiap provinsi ditentukan berdasarkan kuota yang sudah ditetapkan. Kuota ini memastikan bahwa provinsi yang kurang padat penduduknya tetap memiliki kesempatan yang sama dengan provinsi lainnya yang memiliki banyak pembelajar bahasa Jerman.
 

  • - Foto dari kiri ke kanan<br>Atas: Sulfy Juli Tamara (SMA Islam Al-Falah), Muhammad Afif Abqari (SMK Negeri 2 Banda Aceh), Habrian Efendi Lubis (SMA Negeri 1 Matauli Pandan), Raihan Athallah ‘Afif (SMA Negeri 1 Matauli Pandan), Amanda Wibowo (SMA Swasta Al-Hikmah Medan)  <br><br>Bawah: Ummu Atiah Pulungan (SMA Negeri 2 Torgamba), Putri Alyaa Safira (SMA Negeri 1 Matauli Pandan), Miftahul Jannah (SMA Negeri 3 Payakumbuh), Afifah Puti Risqillah (SMA Negeri 3 Payakumbuh), Puput Diva Taqdira Siregar (SMA Negeri 3 Pekanbaru) © Goethe-Institut Indonesien
    - Foto dari kiri ke kanan
    Atas: Sulfy Juli Tamara (SMA Islam Al-Falah), Muhammad Afif Abqari (SMK Negeri 2 Banda Aceh), Habrian Efendi Lubis (SMA Negeri 1 Matauli Pandan), Raihan Athallah ‘Afif (SMA Negeri 1 Matauli Pandan), Amanda Wibowo (SMA Swasta Al-Hikmah Medan)

    Bawah: Ummu Atiah Pulungan (SMA Negeri 2 Torgamba), Putri Alyaa Safira (SMA Negeri 1 Matauli Pandan), Miftahul Jannah (SMA Negeri 3 Payakumbuh), Afifah Puti Risqillah (SMA Negeri 3 Payakumbuh), Puput Diva Taqdira Siregar (SMA Negeri 3 Pekanbaru)
  • - Foto dari kiri ke kanan<br>Atas: Viviana Prastyca Hasan (SMA Negeri 1 Teluk Kuantan), Tesalonika Immanuela Tarigan (SMK Negeri 3 Batam), Aisyah Kinasih Sardi (SMA Negeri 2 Kota Bengkulu), Regita Agustin (SMA Ignatius Global School), Gabriela Marseinar Girsang (SMA Ignatius Global School),<br><br>Bawah: Nabila Syifa Arifin (SMA Negeri 1 Pagelaran), Elianne Sulistyo (SMA Santa Ursula BSD), Joselyn Alexandra Antolim (SMA Santa Laurensia Alam Sutera), Wilbert Thamrin (SMA Saint Peter), William Matthew (SMAK 1 Penabur Jakarta) © Goethe-Institut Indonesien
    - Foto dari kiri ke kanan
    Atas: Viviana Prastyca Hasan (SMA Negeri 1 Teluk Kuantan), Tesalonika Immanuela Tarigan (SMK Negeri 3 Batam), Aisyah Kinasih Sardi (SMA Negeri 2 Kota Bengkulu), Regita Agustin (SMA Ignatius Global School), Gabriela Marseinar Girsang (SMA Ignatius Global School),

    Bawah: Nabila Syifa Arifin (SMA Negeri 1 Pagelaran), Elianne Sulistyo (SMA Santa Ursula BSD), Joselyn Alexandra Antolim (SMA Santa Laurensia Alam Sutera), Wilbert Thamrin (SMA Saint Peter), William Matthew (SMAK 1 Penabur Jakarta)
  • - Foto dari kiri ke kanan<br>Atas: Condoleezza Gnade Tanabi (SMA Negeri 28 Jakarta), Gabrielle Emmeline Widjaja (SMA Santa Ursula Jakarta), Madia Ardini Daniella Tarrus (SMA Negeri 3 Jakarta), Audy Putrirafalika Sudrajat (SMA Madania), Nazwa Maharani (SMA Pasundan 1 Bandung),<br><br>Bawah: Naomi Tiomida (SMA Pasundan 1 Bandung), Raisa Hasna Hakimah (SMA Pasundan 1 Bandung), Rifqi Arga Yugananta (SMA Negeri 3 Tasikmalaya), Hana Sekar Damayanti (SMA Pradita Dirgantara), Yaumasakti Kridhasa (SMA Pradita Dirgantara) © Goethe-Institut Indonesien
    - Foto dari kiri ke kanan
    Atas: Condoleezza Gnade Tanabi (SMA Negeri 28 Jakarta), Gabrielle Emmeline Widjaja (SMA Santa Ursula Jakarta), Madia Ardini Daniella Tarrus (SMA Negeri 3 Jakarta), Audy Putrirafalika Sudrajat (SMA Madania), Nazwa Maharani (SMA Pasundan 1 Bandung),

    Bawah: Naomi Tiomida (SMA Pasundan 1 Bandung), Raisa Hasna Hakimah (SMA Pasundan 1 Bandung), Rifqi Arga Yugananta (SMA Negeri 3 Tasikmalaya), Hana Sekar Damayanti (SMA Pradita Dirgantara), Yaumasakti Kridhasa (SMA Pradita Dirgantara)
  • - Foto dari kiri ke kanan<br>Atas: Yael Chiquita Rusli (SMA Regina Pacis Surakarta), Yafie Agha Ardhya Wisendra (SMA Negeri 3 Yogyakarta), Jessica Arundatu Setiawan (SMA Negeri 7 Yogyakarta), Nielsen Gandakusuma (SMA Citra Berkat), Hasel Aristarchus Silitonga (SMA Negeri 15 Surabaya),<br><br>Bawah: Clarissa Pramesti Tiara Puteri (SMA Negeri 5 Surabaya), Arifianti (SMA Negeri 1 Kedungwaru), Nayyara Anindya Pranashinta (SMA Negeri 3 Kediri), Nayla Azzahra Hanggita (SMA Negeri 1 Turen), Fasya Mumtahanah (SMA Negeri 1 Kepanjen) © Goethe-Institut Indonesien
    - Foto dari kiri ke kanan
    Atas: Yael Chiquita Rusli (SMA Regina Pacis Surakarta), Yafie Agha Ardhya Wisendra (SMA Negeri 3 Yogyakarta), Jessica Arundatu Setiawan (SMA Negeri 7 Yogyakarta), Nielsen Gandakusuma (SMA Citra Berkat), Hasel Aristarchus Silitonga (SMA Negeri 15 Surabaya),

    Bawah: Clarissa Pramesti Tiara Puteri (SMA Negeri 5 Surabaya), Arifianti (SMA Negeri 1 Kedungwaru), Nayyara Anindya Pranashinta (SMA Negeri 3 Kediri), Nayla Azzahra Hanggita (SMA Negeri 1 Turen), Fasya Mumtahanah (SMA Negeri 1 Kepanjen)
  • - Foto dari kiri ke kanan<br>Atas: Jihan Daffa Salsabila Fardha Maharani (SMA Negeri 1 Kepanjen), Ni Putu Intan Wirasana Putri (SMA Negeri 3 Mataram), Muhammad Dimas Alifiansyah Kurniawan (SMA Negeri 3 Mataram), Mozes Armando Frans (SMA Negeri 8 Kupang), Lidiana Anita Ceunfin (SMA Negeri 8 Kupang),<br><br>Bawah: Arnoldus Aryanto Assan (SMAK Frateran Maumere), Maria Adriana Pieta Laka Suku (SMAK Syuradikara Ende), Jesika Anastasia Pingki Supardi (SMAK St. Fransiskus Saverius Ruteng), Maria Gita Emaylin (SMA Negeri 1 Cibal), Gresna Wini Robaka (SMK Pancasila Tambolaka) © Goethe-Institut Indonesien
    - Foto dari kiri ke kanan
    Atas: Jihan Daffa Salsabila Fardha Maharani (SMA Negeri 1 Kepanjen), Ni Putu Intan Wirasana Putri (SMA Negeri 3 Mataram), Muhammad Dimas Alifiansyah Kurniawan (SMA Negeri 3 Mataram), Mozes Armando Frans (SMA Negeri 8 Kupang), Lidiana Anita Ceunfin (SMA Negeri 8 Kupang),

    Bawah: Arnoldus Aryanto Assan (SMAK Frateran Maumere), Maria Adriana Pieta Laka Suku (SMAK Syuradikara Ende), Jesika Anastasia Pingki Supardi (SMAK St. Fransiskus Saverius Ruteng), Maria Gita Emaylin (SMA Negeri 1 Cibal), Gresna Wini Robaka (SMK Pancasila Tambolaka)
  • - Foto dari kiri ke kanan<br>Atas: Eunike Pora Wuakaranu (SMA Kristen Waibakul), Edward Christian Rufus (SMA Negeri 3 Palangka Raya), Sartika Dewi (SMA Negeri 3 Palangka Raya), Felicitha Josephena Adi (SMA Negeri 2 Balikpapan), Muhammad Amiq Zahidsyahtya (SMA Negeri 3 Samarinda),<br><br>Bawah: Aura Evelyn Ramba (SMK Negeri 1 Tarakan), Trimaulidya Putri Ansari (SMA Islam Al-Azhar 12 Makassar), Anisah Muthiah Haris (SMA Islam Al-Azhar 12 Makassar), Rahmadani (SMA Negeri 2 Tana Toraja), Nazjran Tanjung Saputra (SMA Negeri 3 Sinjai) © Goethe-Institut Indonesien
    - Foto dari kiri ke kanan
    Atas: Eunike Pora Wuakaranu (SMA Kristen Waibakul), Edward Christian Rufus (SMA Negeri 3 Palangka Raya), Sartika Dewi (SMA Negeri 3 Palangka Raya), Felicitha Josephena Adi (SMA Negeri 2 Balikpapan), Muhammad Amiq Zahidsyahtya (SMA Negeri 3 Samarinda),

    Bawah: Aura Evelyn Ramba (SMK Negeri 1 Tarakan), Trimaulidya Putri Ansari (SMA Islam Al-Azhar 12 Makassar), Anisah Muthiah Haris (SMA Islam Al-Azhar 12 Makassar), Rahmadani (SMA Negeri 2 Tana Toraja), Nazjran Tanjung Saputra (SMA Negeri 3 Sinjai)
  • - Foto dari kiri ke kanan<br>Atas: Desi Rafita Ratna Sari (UPT SMA Negeri 5 Bulukumba), Nasywa Nur Saputri (SMA Negeri 4 Maros), A. Tenry Liu Mey Aspat Colle (SMA Negeri 1 Kolaka), Mohammad Rizky Pratama (SMA Negeri 1 Palu), Muhammad Aliman Filrizqi (SMA Negeri 1 Palu),<br><br>Bawah: Yuank Meby Parlinda (SMA Negeri 1 Majene), Kurnianti (SMA Negeri 2 Polewali), Musdalifah (SMA Negeri 1 Mamuju), Nyoman Dewi Triariana (SMA Negeri 1 Manado), Ivana Emanuela Diandra (SMA Negeri 9 Binsus Manado) © Goethe-Institut Indonesien
    - Foto dari kiri ke kanan
    Atas: Desi Rafita Ratna Sari (UPT SMA Negeri 5 Bulukumba), Nasywa Nur Saputri (SMA Negeri 4 Maros), A. Tenry Liu Mey Aspat Colle (SMA Negeri 1 Kolaka), Mohammad Rizky Pratama (SMA Negeri 1 Palu), Muhammad Aliman Filrizqi (SMA Negeri 1 Palu),

    Bawah: Yuank Meby Parlinda (SMA Negeri 1 Majene), Kurnianti (SMA Negeri 2 Polewali), Musdalifah (SMA Negeri 1 Mamuju), Nyoman Dewi Triariana (SMA Negeri 1 Manado), Ivana Emanuela Diandra (SMA Negeri 9 Binsus Manado)
  • - Foto dari kiri ke kanan<br>Atas: Seegho Rebeeca Rosemary Lihu (SMA Negeri 1 Manado), Marshanda Lengkoan (SMA Negeri 6 Ambon), Geovannie Aprillya Magdha Latupapua (SMA Negeri 2 Ambon), Chania Dewi Santoso (SMA Negeri 2 Kota Sorong),<br><br>Bawah: Gladys Ariyela Fiani Latuihamallo (SMA YPPK Agustinus Kota Sorong), Stella Christa Elisabeth Maniagasi (SMA Negeri 3 Jayapura), Ana Margaretha Que (SMA Negeri 3 Jayapura) © Goethe-Institut Indonesien
    - Foto dari kiri ke kanan
    Atas: Seegho Rebeeca Rosemary Lihu (SMA Negeri 1 Manado), Marshanda Lengkoan (SMA Negeri 6 Ambon), Geovannie Aprillya Magdha Latupapua (SMA Negeri 2 Ambon), Chania Dewi Santoso (SMA Negeri 2 Kota Sorong),

    Bawah: Gladys Ariyela Fiani Latuihamallo (SMA YPPK Agustinus Kota Sorong), Stella Christa Elisabeth Maniagasi (SMA Negeri 3 Jayapura), Ana Margaretha Que (SMA Negeri 3 Jayapura)

Para Juri - NDO 2022

Para Juri - Olimpiade Bahasa Jerman 2021 © Goethe-Institut Indonesien


Para juri Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional 2022 memiliki sebuah tugas penting dan dipilih dengan seksama. Tim juri terdiri dari guru, dosen dan perwakilan dari beberapa institusi pendidikan. Mereka sudah berpengalaman dalam mengajar dan menguji Bahasa Jerman.


Babak final

24 dan 25 Januari 2022

Hari yang dinantikan oleh para finalis, itu sudah pasti! Tugas-tugas yang diujikan di babak ini juga telah dikerjakan sepenuhnya  di ruang digital. Selain itu, kemahiran berbicara juga memainkan peran yang lebih besar di sini. Para finalis menerima infomasi lebih rinci mengenai babak final pada waktu yang tepat.

Menuju Informasi Babak Final NDO 2022


Babak Penyisihan di Berbagai Provinsi

Oktober - November 2021

Babak penyisihan Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional tahun ini kembali berlangsung dengan menggunakan moda digital Moodle, namun tidak lagi dilaksanakan secara serentak dalam satu event yang besar. Sebagai gantinya, akan ada  14 lokasi ujian untuk babak penyisihan nanti, berdasarkan wilayah atau provinsi.

Setiap provinsi hanya mengirimkan siswa-siswi terbaiknya untuk mengikuti babak penyisihan dengan jenjang A2, di mana mereka harus menyelesaikan tugas di berbagai kategori seperti membaca, menyimak, dan menulis. Kemudian, hasilnya akan dikoreksi dan dinilai oleh juri-juri independen, yang terdiri dari guru, dosen, anggota IGBJI, dan tim BKD.

Tugas-tugas pada Babak Penyisihan

Di babak penyisihan, tugas-tugas yang diberikan kepada para peserta adalah tes kemahiran berbahasa Jerman dengan tingkat kemahiran A2. Kategori membaca, menyimak, dan menulis akan diujikan di babak ini. Kemahiran berbicara akan diujikan di babak final.
 

narahubung

Antje Nehls                                                             
Konsultan Ahli Bidang Pembelajaran Bahasa Jerman
Bagian Kerja sama Pendidikan, Goethe-Institut Indonesien
Antje.Nehls@goethe.de

PARTNER

Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia © Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia  

Top