Digital Discourses 2025
Masa Depan Bahasa Daerah di Dunia Digital
Sorotan dari edisi-edisi sebelumnya

Oktober 2019
Topik: Taktik-taktik untuk melawan Ekstremisme Daring
Moderator: Treviliana Eka Putri
Tamu: Patrick Stegemann, Nasir Abas, Saijai Liangpunsakul, Savic Ali
Komunikasi daring yang anonim, cepat, dan efisien memudahkan bertemunya kelompok sejalan — baik untuk mencari dukungan maupun menyebar ekstremisme. Siapa yang bertanggung jawab menangani ekstremisme daring? Haruskah platform dimintai pertanggungjawaban? Apakah pembatasan akses digital efektif di masa krisis?
|
© Goethe-Institut Indonesien

Oktober 2019
Topik: Apakah Pembatasan Konten adalah “Keadaan Normal Baru”?
Moderator: Nenden S. Arum
Tamu: Donny B.U., Kirsten Han, Markus Reuter, Septiaji Eko Nugroho
Tidak semua percakapan daring bisa diklasifikasikan secara jelas sebagai berbahaya atau tidak. Tiap negara punya batasan berbeda: Indonesia menyebutnya “konten negatif”, Thailand dan Singapura melarang diskusi politik tertentu. Panel ini membahas batas kebebasan berbicara dan siapa yang berhak mengatur konten di internet.
|
© Goethe-Institut Indonesien

April 2020
Topik: The Commercial and Political Value of User Data
Moderator: Diah Angendari
Tamu Pembicara: Alia Y. Karunian, Katharina Nocun, Michael Seemann, Jun-E Tan
Jejak digital pengguna membuka peluang untuk eksploitasi data oleh perusahaan maupun negara — dari penargetan berdasarkan minat hingga pengawasan, sering kali tanpa sepengetahuan pemilik data. Diskusi panel ini membahas bagaimana data pribadi dikumpulkan, dianalisis, dan dimanfaatkan di berbagai sektor: belanja, hiburan, politik, keuangan, dan pengawasan negara.
|
© Colourbox.de

Mei 2020
Topik: Konsep-Konsep Dan Regulasi Privasi Data
Moderator: Blandina Lintang Setianti
Tamu pembicara: Ingo Dachwitz, Sutawan Chanprasert, Wahyudi Djafar, Tony Seno Hartono
Diskusi panel terpandu ini akan berfokus kepada berbagai aspek regulasi penggunaan data untuk keperluan komersial dan pemerintahan. Dalam konteks ini, Regulasi Umum Perlindungan Data (RUPD) Eropa sering kali dipandang sebagai tolok ukur dan diacu oleh berbagai bangsa. Tetapi apa saja yang kita ketahui hingga kini mengenai efektivitas peraturan-peraturan tersebut dalam praktiknya? Bagaimana sikap Asia Tenggara dalam perdebatan ini? Dalam arus global data pengguna, apakah tempat penyimpanan data secara fisik itu penting? Adakah model-model alternatif untuk kepemilikan dan akses data?
|
Image (Detail): © Colourbox.de

Mei 2021
Topik: Menemukan Cara Terbaik untuk Mengatur Ujaran Kebencian
Moderator: Anton Muhajir
Tamu Pembicara: Al Araf, Yovantra Arief, Christina Dinar
Pandemi COVID-19 menjadi latar terjadinya peningkatan kasus ujaran kebencian. Sepanjang tahun 2020, SAFEnet mencatat setidaknya terdapat 84 kasus pemidanaan terhadap warganet. Jumlah ini meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 24 kasus. Bagaimana agar regulasi ujaran kebencian ini ini dapat diperbaiki untuk menjaga mutu demokrasi dan sekaligus menjaga masyarakat dari tindakan diskriminasi? Apa peranan yang dapat dilakukan akademisi dan kelompok-kelompok masyarakat sipil di tengah upaya penyalahgunaan regulasi yang terjadi selama ini?
|
© Goethe-Institut Indonesien

November 2021
Topik: Adakah Ruang Bagi Jurnalisme di Media Sosial?
Moderator: Prita Kusumaputri
Tamu Pembicara: Imam Safingi, Dr. Le Thu Mach, Yasmina Al-Gannabi, Sophia Smith Galer
Publik semakin banyak menggunakan media sosial sebagai sumber berita utama. Pada saat yang sama, media sosial juga memberi tempat bagi opini pribadi dan informasi yang tidak terverifikasi sehingga menyulitkan pengguna dalam memastikan kebenaran berita di media sosial. Bagaimanakah jurnalisme akan berevolusi saat dihadapkan dengan media sosial? Bagaimanakah organisasi-organisasi berita dapat membangun kepercayaan di tengah banjir informasi?

November 2021
Topik: AI di Ruang Redaksi: Kawan atau Lawan?
Moderator: Yearry Panji Setianto
Tamu Pembicara: Wan Ulfa Nur Zuhra, Sebastian Jannasch, Alexandra Borchardt, Charlie Beckett
Perkembangan kecerdasan buatan telah mendefinisi ulang implikasi penggunaan teknologi di ruang redaksi. Diterimanya wartawan robot dan jurnalisme terotomatisasi telah memicu perdebatan global mengenai makna kecerdasan buatan bagi jurnalisme. Apakah kecerdasan buatan itu merupakan ancaman atau peluang bagi jurnalisme? Bagaimanakah kecerdasan buatan dapat membantu keberlangsungan ruang berita dan turut membentuk masa depan jurnalisme? Apa saja batu sandungan dan implikasi etika untuk artikel yang ditulis oleh kecerdasan buatan?

November 2022
Topik: Imajinasi Plural Masa Depan
Moderator: Warih Aji Pamungkas
Tamu Pembicara: Stephen Oram
Apa peran fiksi ilmiah dalam membayangkan masa depan? Apakah prediksi dari fiksi ilmiah memengaruhi masa depan? Bagaimana fiksi dapat mengangkat isu-isu etis seputar masa depan teknologi dan masyarakat? Akan ada pembacaan cerita fiksi pendek oleh pembicara.
|
© Goethe-Institut Indonesien

November 2022
Topik: Antarmuka Otak-Komputer: Memisahkan Fakta dari Fiksi
Moderator: Clarissa Ai Ling Lee
Tamu Pembicara: Moritz Grosse-Wentrup
Antarmuka otak-komputer (brain-computer interface) memungkinkan manusia untuk mengontrol perangkat hanya dengan menggunakan pikiran. Saat ini, teknologi tersebut digunakan untuk memungkinkan orang lumpuh mengendalikan kembali tubuh mereka. Namun, perusahaan justru berlomba-lomba mengembangkan teknologi ini untuk hal-hal selain kebutuhan medis. Apa saja kemungkinan penggunaan dari teknologi ini? Apa tantangan etis dari upaya semacam itu?
|
© Goethe-Institut Indonesien

Oktober 2023
Topik: Kemanusiaan di Era AI
Moderator: Hafiz Noer
Tamu Pembicara: Dr. Anna Jobin, Dr. Lukas, Lena Rickenberg, Dr. Jun-E Tan, Arthit Suriyawongkul
Pada permulaan era AI ini, diskusi mengenai implikasi etika dari perkembangan AI mutlak dibutuhkan. AI menciptakan peluang baru dan mendorong inovasi. Namun, apa konsekuensinya?
|
© Goethe-Institut Indonesia

Oktober 2023
Topik: Mendefinisikan Ulang Masa Depan Musik
Moderator: Tomy Herseta
Tamu Pembicara: Patrick Hartono, Monita Tahalea
Penggunaan teknologi dalam dunia musik bukanlah sesuatu yang baru. AI memiliki potensi untuk merevolusi berbagai aspek produksi musik, mulai dari komposisi dan aransemen hingga mixing dan mastering. Namun, kehadiran teknologi AI menimbulkan pertanyaan baru karena disrupsi yang ditimbulkannya. Jika membuat musik sekarang semudah menulis sebaris teks, apa yang akan terjadi pada industri musik di masa depan? Apakah AI menciptakan peluang untuk mempermudah lebih banyak orang memasuki industri musik atau justru mengurangi jumlah profesional musik? Apakah ini merupakan era baru dalam industri musik atau merupakan akhir dari otentisitas?
|
© Goethe-Institut Indonesia
Pembicara: Digital Discourses 2025
Tetap up-to-date
Berlangganan untuk informasi konferensi “Digital Discourses” selanjutnya:
Nawala terkait informasi rangkaian acara konferensi Digital Discourses
Dengan mendaftarkan diri, saya menyetujui bahwa alamat email saya digunakan untuk mengirimkan Buletin-Email yang dilanggan. Pendaftaran ini bersifat sukarela dan setiap saat dapat dibatalkan.
Perlindungan data