Presentasi dan diskusi Menuju documenta

Menuju Documenta © ruangrupa

27.11.2019 | 15.30 WIB

Langgeng Art Foundation

Perspektif tentang sejarah ruangrupa sejak tahun 2000 hingga dokumenta 15

Ketika kolektif seniman ruangrupa dipilih sebagai direktur artistik untuk documenta 15 pada bulan Februari 2019, ini mengejutkan bahkan bagi banyak orang yang akrab dengan seni rupa di Indonesia: untuk pertama kalinya sebuah kolektif akan menyusun pameran seni terbesar di dunia, untuk pertama kalinya kurator akan datang dari Asia. Sementara perkerja seni dan media di Jerman belum banyak dikenalkan dengan nama ruangrupa, dunia seni di Indonesia sedang merayakan rekan-rekan mereka untuk kesuksesan ini. Pada awal November 2019, ruangrupa disebut sebagai newcomer di posisi 10 dari daftar Power-100 oleh majalah internasional Art Review.
 
Untuk memahami bagaimana ruangrupa telah berhasil mencapai tingkat atas internasional ini, perlu melihat sejarah kolektif ini. ruangrupa didirikan tahun 2000 dengan fokus memberikan pandangan kritis terhadap isu-isu perkotaan terkini di Indonesia melalui seni lintas disiplin seperti ilmu sosial, politik, teknologi, media dan lain sebagainya. Pada perkembangannya, ruangrupa berevolusi menjadi sebuah kolektif seni kontemporer dan ekosistem studi bersama Serrum dan Grafis Huru Hara menginisiasi berdirinya GUDSKUL: sebuah ruang belajar publik yang mengusung nilai-nilai kesetaraan, berbagi, solidaritas, pertemanan dan kebersamaan.
 
Anggota ruangrupa Ade Darmawan, Ajeng Nurul Aini dan Narpati Awangga (Oomleo) akan berbagi cerita mengenai perjalanan artistik dan ruang kolektif hingga program-program mereka untuk documenta 15. Dan mereka akan juga membahas sejauh mana sukses mereka akan memengaruhi perhatian kepada seni rupa Indonesia di tingkat internasional.
 
Mengutip dari siaran pers documenta, pada saat pengumuman terpilihnya ruangrupa menjadi direktur artistik pameran besar ini, Farid Rakun dan Ade Darmawan, sebagai perwakilan ruangrupa, merumuskan tujuan pendekatan kuratorial berlandaskan partisipasi yang mereka usung untuk pameran seni internasional pada tahun 2022 tersebut sebagai berikut: “Kami ingin menciptakan platform seni dan budaya yang berorientasi global, kooperatif dan interdisipliner yang akan berdampak melampaui 100 hari documenta 15. Pendekatan kuratorial kami membidik model penggunaan sumber daya berorientasi komunitas yang berbeda – ada aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan gagasan, pengetahuan, program dan inovasi.”
 
Menuju documenta dipresentasikan oleh Inkubator Inisiatif, Jogja Interkultur dan Goethe-Institut Indonesien dan didukung oleh ruangrupa dan Langgeng Art Foundation. Presentasi dan diskusi ini merupakan bagian dari pengamatan Inkubator Inisiatif untuk mencari irisan ruang, kolektif dan pengetahuan.

Kembali