Forum terbuka Postcolonial Perspectives from the Global South

Postcolonial Perspectives from the Global South © Goethe-Institut Indonesien

24. - 25.01.2019

GoetheHaus Jakarta

dengan kontribusi dari Amerika Selatan, Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara

Peninggalan penjajahan berkonsekuensi luas dan bertahan lama. Para ilmuwan dan sejarawan mencatat bahwa banyak di antara konflik dewasa ini merupakan akibat langsung dari penjajahan; sudah jelas bahwa proses dekolonisasi tidaklah selesai dengan mundurnya pihak penjajah dari wilayah yang diduduki dan dengan lahirnya negara-negara kebangsaan baru.
 
Disiplin akademis baru Kajian Pascakolonial telah mengungkapkan batas-batas proses ‘dekolonisasi’ politis dengan menyoroti bertahannya atau ditirunya sistem pengetahuan Barat, yang sering kali memarginalisasi dunia non-Barat. Secara khusus, Kajian Pascakolonial mempertanyakan asumsi-asumsi mendasar mengenai modernitas, termasuk gagasan seputar kemajuan dan pembangunan, sambil mendorong penggalian etika yang non-Eurosentris, non-korporat dan lebih mengedepankan sifat sosial.
 
Meskipun seruan untuk memfasilitasi lebih banyak pertukaran Selatan-Selatan di antara negara-negara bekas jajahan telah ada sejak Konferensi Asia-Afrika (1955), masih banyak yang dapat dilakukan. Ini terutama berlaku untuk Asia Tenggara, tempat ‘wacana pascakolonial” tampaknya kurang berkembang dibandingkan di kawasan lain:
Memfasilitasi dialog di bidang kebudayaan di antara aktor-aktor dari berbagai konteks belahan Selatan dunia adalah penting untuk meningkatkan kerja sama intelektual dan artistik.
 
Forum terbuka “Postcolonial Perspectives from the Global South” mempertemukan kurator, sosiolog dan sejarawan dari Amerika Selatan, Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Mereka akan mengkaji lintasan-lintasan modernitas sebagaimana dipahami dan dialami dari sudut pandang filsafat, budaya dan sejarah. Berbagai presentasi yang diberikan bukan saja akan menelaah klaim eurosentris mengenai universalitas, tetapi juga menilik aneka perspektif yang berfokus pada partikularisme global dan relativisme kultural.
 

24 Januari

14.00 - 15.45 WIB
Panel 1 Perspektif Pascakolonial dari Asia Tenggara
 
 
Pembicara:
Chua Beng Huat (Singapura)
Profesor Sosiologi, National University of Singapore

Penanggap:
Andi Achdian (Indonesia)
Dosen, Redaktur Pelaksana Journal Sejarah
Hilmar Farid (Indonesia)
Sejarawan
 
Moderator:
Bambang Harymurti (Indonesia)
Mantan Chief Executive Officer Tempo 

16.15 - 18.00 WIB
Panel 2 Perspektif Pascakolonial dari Asia Selatan

 
Pembicara:
Divya Dwivedi (India)
Ahli Filsafat, Indian Institute of Technology Delhi
 
Penanggap:
Simon Soon (Malaysia)
Sejarawan Seni dan Dosen Senior di University of Malaya
Manneke Budiman (Indonesia)
Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
 
Moderator:
Kwartarini Wahyu Yuniarti (Indonesia)
Profesor Psikologi Klinis, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
 

25 Januari

09.30 - 11.30 WIB
Panel 3 Perspektif Pascakolonial dari Africa

 
Pembicara:
Gabi Ngcobo (Afrika Selatan)
Kurator, Dosen di Wits School of Arts, University of the Witswatersrand

Penanggap:
Brigitta Isabella (Indonesia)
Peneliti di KUNCI Cultural Studies Center
Grace Samboh (Indonesia)
Kurator
 
Moderator:
Philippe Pirotte (Jerman)
Sejarawan seni, Kurator, Dekan Staatliche Hochschule für Bildende Künste Städelschule, Direktur di Portikus

13.30 - 15.30 WIB
Panel 4 Perspektif Pascakolonial dari Amerika Selatan

 
Pembicara:
Laymert Garcia dos Santos (Brazil)
Pengarang esei
 
Penanggap:
Ayu Utami (Indonesia)
Penulis
Marco Kusumawijaya (Indonesia)
Ko-Pendiri Rujak Center
 
Moderator:
Melani Budianta (Indonesia)
Profesor Literatur Universitas Indonesia

Kembali