adalah seorang sejarawan seni, kurator, peneliti dan kepala Departemen Seni dan Desain Museum für Kunst und Gewerbe di Hamburg. Ia juga mengajar sejarah seni, fesyen dan desain di berbagai universitas dan akademi seni. Ia menjadi kurator untuk beragam pameran internasional dan lintas-disiplin, di antaranya Unresolved Matters: Social Utopias Revisited (2009) di Centraal Museum, Utrecht dan juga pada simposium seperti Social Design: History, Practice, Perspectives (2014) di Museum für Kunst und Gewerbe. Untuk museum ini, ia juga mengompilasi pameran permanen yang baru mengenai desain dari tahun 1850 hingga kini. Ia merupakan editor pendamping dan penulis buku Dressed. Art en Vogue.
adalah peneliti, praktisi seni dan akademisi. Ia mendalami desain kriya tekstil (Institut Teknologi Bandung) dan bisnis (Sydney Business School). Ia menamatkan gelar doktoral (PhD) dalam Praktik Kreatif Seni Visual dari University of Wollongong di Australia. Latar belakang ini memberikan sejumlah kesempatan lintas-disiplin, seperti menjadi kurator pendamping untuk pameran Fiberface - Resonance, konsultan desain di Indonesia Design Development Centre, fasilitator di Pusat Pelatihan Ekspor Impor, kontributor untuk buku Ethnic Dress in the United States. Aprina mendirikan Indonesia Contemporary Fiber Art Movement (2015) untuk mengakomodasi praktik seni serat kontemporer di Indonesia.
adalah seniman, pengkriya dan kurator yang tinggal di selatan Jakarta. Dikenal karena lokakarya kreatif dan kolasenya, Ika meyakini bahwa fashion, layaknya juga seni, merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. IKAT/eCUT merupakan proyek kurasi fashion Ika yang kedua, dimana ia mengurasi pameran kelompok fashion eksperimental untuk Indonesia Contemporary Art & Design (2016) di Hotel Grand Kemang, Jakarta.
Komite
Direktur Program:
Anna Maria Strauß
Koordinator Program:
Maya
Humas:
Ulrike Klose
Situs:
VERIANA Devi, Wilton Djaya, Yanti Soerjana
Media Sosial:
Shera Rindra, Reza Zefanya, WILton Djaya, dinyah latuconsina