Konser Alur Bunyi: Paronomasia

Alur Bunyi: Paronomasia © Goethe-Institut Indonesien

Konser dan penayangan online:
24.11.2021 | 19.00 WIB

Online GoetheHaus Jakarta

Musik Elektronik, eksperimental dan kontemporer dengan sentuhan jazz

Sebagai Edisi terakhir di tahun 2021, Alur Bunyi kali ini akan diadakan untuk pertama kalinya dengan format konser secara hybrid. GoetheHaus Jakarta menyambut kehadiran penonton secara terbatas dikarenakan masih dalam situasi pandemik.

Alur Bunyi akan berfokus pada metode dan teknik alternatif dalam penciptaan suara yang dikolaborasikan dengan disiplin musik jazz.

Paronomasia merupakan suatu bentuk kolaborasi Nesia Ardi dan Indra Perkasa, dimana mereka berdua akan mengeksplorasi permainan frasa bunyi, memaknainya dari berbagai sudut pandang yg imajinatif, ke arah yang ringan dan masih akan berhubungan dengan realita kehidupan saat ini. Indra Perkasa, selain dikenal sebagai musisi jazz, juga memperdalam dunia musik elektronik menggunakan beragam alat-alat dimana dia melihat teknik komposisi dari sudut pandang yang berbeda. Kombinasi dari kedua disiplin musik tersebut membuat karya-karyanya selalu segar dan menantang telinga para pendengarnya.

Nesia Ardi, seorang musisi yang serba bisa, dimana pengalamannya dalam ekosistem musik jazz dan pop di Indonesia, sebagai penampil, pengajar maupun penggubah lagu, membuatnya sangat fleksibel dalam berinteraksi dengan segala situasi musikal.

Kolaborasi ini menampilkan suatu pertunjukan dimana olah vokal Nesia Ardi berinteraksi dan melebur dengan rangkaian bunyi-bunyian dari set-up peralatan Indra Perkasa menjadi suatu karya yang sangat menarik.
Daftar Sekarang

Lie Indra Perkasa

Perjalanan Lie Indra Perkasa dalam bermusik dimulainya pada usia 12 tahun, ketika Indra masih duduk di bangku SMP dan bergabung dengan Mandarava Corps Marching Band sebagai peniup terompet bariton. Sejak itu, Indra tidak pernah meninggalkan dunia musik. Pada tahun 2001, ia menempuh studi di Institut Musik Daya (IMDI) dengan jurusan double bass dan lulus pada tahun 2006.

Indra yang menemukan akarnya di musik jazz, sejak tahun 2005 telah bergabung dengan Tomorrow People Bass Ensemble. Setahun setelah lulus dari IMDI, ia melanjutkan studi jurusan film scoring di UCLA Extension, Los Angeles, dan berkesempatan belajar dari komponis film ternama seperti Thom Sharp, Robert Drasnin, Richard Marvin, dan Craig Stuart Garfinkle. Indra juga bertindak sebagai pengaransemen dan pengarah musih di beragam proyek, seperti: “Aransemen Ulang Lagu Orisinil Dari Film Tiga Dara,” “My Little Pony – Rainbow Rocks” Musical, “One Fine Christmas with Monita Tahalea,” dan Jazz Buzz Salihara with Indra Perkasa & Gadgadasvara Ensemble.

Sebagai produser/pengaransemen, Indra adalah sosok di balik album dan lagu seperti “Dari Balik Jendela” oleh Monita Tahalea dan “Hiruplah Hidup” oleh Ananda Badudu. Sebagai pencipta musik film, Indra pernah menggarap beberapa film, seperti Tabula Rasa (2014), Labuan Hati (2017), Banda the Dark Forgotten Trail (2017), Lima (2018), The Returning (2018), Semesta (2018), 6.9 Detik (2019), Mudik (2019), dan Bebas (2019). Pada tahun 2021, Indra terlibat dalam proyek Sound of X yang diinisiasi oleh Goethe-Institut, sebuah proyek digital berupa kumpulan video bunyi (soundscape) ciptaan seniman dan musisi. Bersama dengan John Navid, Indra meracik Invisible Comfort yang menangkap suara dan bunyi-bunyian kota Jakarta. Indra currently works actively as a film composer and music arranger, as a bass player for Tomorrow People Ensemble and Monita Tahalea,and teaches film scoring at Sjuman School of Music.

Nesia Ardi

telah berkarir dalam musik selama lebih dari 1 dekade, telah banyak bekerja sama dan terlibat dalam banyak proyek dengan banyak musisi professional dan senior khususnya dalam Jazz. Mulai dari Nial Djuliarso, Benny dan Barry Likumahuwa, Indra Lesmana, Idang Rasjidi, Oele Pattiselano, EndahNRhesa, Vira Talisa, Mocca, Danilla Riyadi, Sri Hanuraga, Marcell Siahaan, Harvey Malaiholo, Iwan Fals dan lain lain.

Band yang dibentuk bersama dengan Nanin Wardhani, Rieke Astari dan Yasintha Pattiasina yaitu NonaRia membuahkan satu penghargaan dari AMI awards di tahun 2018, memenangkan kategori “Vokal Jazz Terbaik”. Nesia Ardi juga pernah berpartisipasi dan mendapatkan tempat sebagai semi finalis di International Master Jam Festival 2016, juga mendapatkan penghargaan dari Freedom Jazz Festival sebagai “Artist of the year tahun 2016. Pengalamannya sebagai vocal coach dan vocal director sudah selama lebih dari 8 tahun, beberapa proyek diantaranya Harvey Malaiholo dalam album Indonesian Song Book Shadow Puppets feat. Harvey Malaiholo, Marcell Siahaan dalam album “This Is Not Jazz”, Hezky Joe dalam single “100 miliar” dan “Melawan Takdir”.
 

Menuju Proyek: Alur Bunyi

Kembali