Wawancara bersama Vanessa Peñuela dan Cesar Vargas
Perjuangan di masa lampau menjadi pembuka jalan bagi perjuangan saat ini

Vanessa Peñuela dan Cesar Vargas
© Manifesta of the Local Workers Federation,1930

Dari mana Anda tahu tentang gerakan yang diangkat dalam cerita Anda?

Karena tertarik kepada sejarah gerakan anarkis di Amerika Latin, kami menemukan riwayat Kaum Chola Anarkis dari La Paz, Bolivia, dalam buku Los Artesanos Libertarios y la Ética del Trabajo (1986) yang ditulis oleh Silvia Rivera Cusicanqui dan Zulema Lehm. Buku ini memuat riset tentang anarko-sindikalisme Bolivia pada paruh pertama abad ke-20 dalam bentuk wawancara dengan anggota gerakan itu.

Kenapa dunia perlu tahu lebih banyak tentang gerakan tersebut?

Kami merasa bahwa perjuangan di masa lampau yang menjadi pembuka jalan bagi perjuangan saat ini kadang-kadang terlupakan, dan itu sebabnya gerakan sosial sulit diorganisir karena seakan-akan selalu dimulai dari nol. Riwayat Kaum Chola Anarkis terasa relevan bagi kami karena memperlihatkan dimensi unik gerakan politik perempuan Amerika Latin, yang tidak dikenal luas sebagaimana halnya sejarah perjuangan kaum feminis Eropa dan Amerika Utara. Selain itu, riwayat tersebut mengungkapkan perjuangan perempuan Indigenous yang mengasimilasi konsep-konsep asing dengan cara mereka sendiri, misalnya saja anarkisme, sebuah gerakan politik dan sosial yang juga tidak begitu menonjol. Kami melihat sebuah perjuangan antirasis, proletarian dan antipatriarki dalam riwayat kaum Chola Anarkis—sangat relevan dengan konteks kami saat ini.

Apa yang paling mengejutkan bagi Anda saat melakukan riset?

Menemukan riwayat kaum Chola Anarkis dari Bolivia itu merupakan temuan tersendiri. Bentuk khasnya sebagai organisasi horizontal yang berlandaskan gotong royong dan rasa kekeluargaan, upaya mereka menjadikan perkumpulan itu semacam sekolah bagi kaum perempuan proletariat belajar membaca dan menulis, otonomi dan kekuatan organisatoris mereka melalui tindakan langsung dsb. adalah hal-hal yang mengejutkan bagi kami. Mereka melakukan itu semua tanpa menyebut diri feminis, tetapi sekarang kita bisa melihat tindakan-tindakan tersebut dalam gerakan-gerakan feminis dewasa ini.

Top