Dealing in Distance

adalah seniman dan desainer cahaya yang berbasis di Berlin (Jerman). Praktik artistiknya menyelami tema persepsi manusia dan kesementaraan dengan menggunakan cahaya sebagai medium yang universal namun sekaligus sangat personal untuk mengevaluasi ulang bagaimana kita menanggapi dunia. Ia mengontraskan sifat cahaya yang tidak berwujud dan bahan-bahan berwujud untuk menciptakan pola, gerak serta warna yang terus berubah dan menantang persepsi visual kita. Karya-karyanya mencakup patung cahaya dan fotografi cahaya sampai desain set dan instalasi cahaya.

adalah pembuat film dan kurator nonbiner yang berbasis di Berlin (Jerman). Mereka adalah ko-pendiri kolektif un.thai.tled, sebuah platform untuk seniman diaspora Thai yang berbasis di Jerman. Riset mereka tentang seniman Kamboja dalam pengasingan di Jerman Timur ditampilkan di D21 Leipzig, MDBK Leipzig, dan di Kunst Raum Mitte Berlin. Film pendek mereka I don’t want to be just a memory (2022–24), yang dibuat belum lama ini, telah diputar perdana pada Forum Expanded Berlinale ke-74.

adalah musisi dan seniman penampil berbasis di Berlin yang memainkan gamelan Jawa dan gitar. Karya-karyanya memadukan komposisi musik elektronik dan algoritmik dengan alat musik tradisional. Dengan mengambil inspirasi dari berbagai latar belakang, mulai dari rekayasa sampai seni pertunjukan, proyek-proyeknya mencakup pertunjukan hidup, instalasi suara web, teater musik, dan lain-lain. Fokus artistiknya saat ini mengeksplorasi ketegangan antara tradisi dan inovasi, sambil berupaya menata ulang nilai-nilai tradisional dalam kehidupan kontemporer. Pendekatannya bersifat sinkretis dan meleburkan berbagai pengaruh kultural.

adalah penulis fiksi, perajin dan psikolog Indonesia-Filipina yang berbasis di Berlin. Dengan pengalaman ekstensif dalam kerja trauma dan komunitas di Indonesia, ia pernah menjadi peneliti tamu pada Harvard Kennedy School. Saat ini ia merancang lokakarya yang memadukan kerajinan perhiasan, psikologi, dan penulisan. Nelden bekerja sebagai penulis lepas untuk majalah Tempo di Indonesia, dan juga berkontribusi kepada tim editorial majalah daring Südostasien. Pada tahun 2025, ia meraih Beasiswa Sastra untuk Penulis yang Menulis dalam Bahasa Bukan Jerman dari Kota Berlin.

adalah seniman dan penampil yang berbasis di Berlin, dengan latar belakang di bidang Desain Pameran dan Skenografi pada Universitas Seni dan Desain (HfG) Karlrsuhe serta Kajian Performans dan Teori Desain pada Universitas Seni (UdK) Berlin. Karya-karyanya mengeksplorasi identitas pada persilangan antara gender, ras, dan kelas, dan menjembatani seni visual dan pertunjukan. Karya-karya seninya telah dipamerkan di Museum Seni Rupa Leipzig, Wisma Budaya Dunia Berlin, serta Museum Perempuan Vietnam Hanoi, dan menawarkan eksplorasi bernuansa mengenai kebersamaan, migrasi, dan pengalaman diaspora.

adalah penari Lao dan ko-pendiri Fanglao Dance Company. Ia mulai belajar tari tradisional Lao pada usia enam tahun di Vientiane. Pada tahun 2006, ia menemukan tari kontemporer melalui bengkel dengan koreografer Lao-Prancis Ole Khamchanla. Sejak tahun 2008, ia setiap tahun melakukan tur di Prancis bersama Compagnie KHAM dan berpartisipasi dalam produksi di Kamboja, Thailand, dan Laos. Pada tahun 2013, ia mendirikan Fanglao Dance Company untuk mempromosikan tari kontemporer dan membina kolaborasi artistik internasional.

adalah seniman visual dan pengajar Malaysia yang menyelidiki keterjalinan antara tanah, memori, dan jejak material. Melalui riset jangka panjang, ia menyelidiki bagaimana ekonomi ekstraktif dan rezim pascakolonial meninggalkan bekas pada tubuh, peta, dan lanskap. Ia mendalami instalasi, seni serat, dan intervensi kartografi dan sering menggunakan bahan alami – rotan dan limbah kelapa sawit – untuk mengungkapkan riwayat bisu yang dibawa. Proyeknya yang terkini mengeksplorasi bagaimana alam dibingkai melalui sistem-sistem nilai, dan bagaimana sisa ekologi membawa bayangan pengetahuan yang terhapus.

adalah seniman pertunjukan Filipina yang queer dan berbasis di Berlin. Praktik mereka yang bersifat interdisipliner dan berpusat pada tubuh meleburkan improvisasi, tari kontemporer, perspektif dekolonial, drag, serta riwayat queer lantai dansa sebagai tempat untuk perlawanan dan transformasi. Melalui gerak, mereka mengeksplorasi migrasi, perpindahan, dan perjuangan diaspora menghadapi kehilangan, memori dan rasa memiliki, sambil membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk dunia-dunia queer-centered. Mereka menjadi peserta Performance Ecologies Residency dari Goethe-Institut dan saat ini tengah dipamerkan di Schwules Museum Berlin.

adalah komposer multimedia, seniman bunyi, dan pegiat improvisasi elektronik asal Vietnam. Praktiknya yang beragam berkisar pada upaya menjelajahi budaya artistik lokal pada persilangan antara tradisi dan modernitas. Pada tahun 2019 dan 2020, ia mendapat penghargaan sebagai Seniman Tahun Ini oleh Hanoi Grapevine, sementara pada tahun 2022, ia meraih Prince Claus Seed Awards (Belanda) yang bergengsi. Karyanya telah disajikan di Vietnam, Indonesia, Japan, Korea Selatan, Republik Ceko, dan Jerman.

adalah seniman Skotlandia-Filipina yang berbasis di Berlin dan Skotlandia. Melalui karya-karyanya yang berakar dalam film eksperimental dan antropologi visual, ia mengeksplorasi bagaimana media visual bersilangan dengan memori kolektif dan berbagai realitas sosial-politik yang ada. Ia menggunakan film analog, video digital, instalasi sinema yang diperluas dan performans untuk mendalami materialitas gambar bergerak. Karyanya bermain dengan proses dekonstruksi, preservasi dan rekonstruksi untuk mengeksplorasi kesamaan antara citra/proses tersebut dan realitas yang diabadikan.

adalah seniman interdisipliner yang bekerja di Jerman, Inggris Raya, dan Vietnam. Praktiknya mencakup fotografi, gambar bergerak, instalasi serta penelitian ilmiah, dan mengeksplorasi bagaimana kekerasan dan perpindahan paksa meninggalkan jejak pada lanskap dan manusia. Penelitiannya saat ini membawanya kembali ke Vietnam untuk menyelidiki peninggalan ekologis dan psikologi Agent Orange, meninjau bagaimana negeri tersebut terus menyimpan sejarah trauma dan transformasi, dan bagaimana seni dapat membuka jalan baru untuk mencerap beragam memori yang saling terjalin itu.